MANGUPURA, BALIPOST.com – Jumlah masyarakat Kabupaten Badung yang meninggal akibat terpapar COVID-19, cukup tinggi. Berdasarkan catatan Satgas COVID-19 setempat hingga 11 September 2021 terdapat 552 kasus meninggal akibat Virus Corona.
Juru Bicara Satgas Covid-19 Kabupaten Badung, I Gusti Ngurah Gede Jaya Saputra saat dikonfirmasi, Minggu (12/9) tak menampik perihal tersebut. Ratusan warga yang meninggal tersebut tercatat sejak COVID mewabah. “Sampai tanggal 11 September kemarin memang angka meninggal akibat COVID mencapai 552 orang. Sedangkan pada hari ini (Minggu 12/9) ada empat orang tambahan kasus yang meniggal, jadi total ada 556 orang,” ungkapnya.
Menurutnya, kasus COVID-19 yang mengakibatkan penderitanya meninggal dunia, bukan lantaran masyarakat takut untuk mengikuti testing maupun tracing, sehingga telat mendapatkan pertolongan medis. “Nggak takut (tracing dan testing) mungkin situasional saja, semua program baik vaksinasi, Isoter, Prokes berjalan dengan baik,” tegasnya.
Bahkan, mantan Camat Mengwi ini menyebutkan angka positivity rate stabil. Berdasarkan catatan, angka positivity rate hingga 12 September mencapai 2,37 persen atau mengalami penurunan dibandingkan pada 6 September lalu yang mencapai 4,11 persen. Untuk diketahui, Angka Positivity rate didapat dari Jumlah total kasus positif , dibagi dengan jumlah orang yang di tes rapid dan swab saat tracing dan testing.
Di sisi lain, Kepala Dinas Kesehatan Badung dr. Nyoman Gunarta menjelaskan, dalam pelaksanaan tracing dan testing yang baik, dari satu orang yang positif COVID-19 perlu dilakukan tracing dan testing kepada minimal 15 orang yang dalam seminggu kontak erat. “Jadi penurunan angka positivity rate ini mampu menekan angka replication rate, atau kemampuan seseorang yang positif COVID-19 menularkan kepada yang lainnya,” bebernya.
Dokter asal Desa Sibang Gede Kabupaten Badung itu mengakui semakin banyak yang mau melaksanakan testing akan menurunkan angka replication rate. Sebab, dalam perhitungan ini semakin banyak orang yang tertular dari seorang yang positif maka nilainya semakin buruk. “Jangan takut melakukan tes, kalau kita memang dalam kondisi sehat, penerapan protokol kesehatan yang baik sudah tentu hasil tesnya akan negatif,” imbuhnya.
Disebutkan, dengan cara menggencarkan tracing dan testing juga akan mampu mengurangi BOR di Rumah Sakit. Jika sedini mungkin dilakukan testing dan orang tersebut terkonfirmasi positif COVID-19 ada kemungkinan belum bergejala. Sehingga untuk penanganannya dapat dilakukan isolasi secara terpusat dan kecil kemungkinan untuk menularkan kepada orang lain. (Parwata/balipost)