DENPASAR, BALIPOST.com – Pandemi COVID-19 telah terbukti tak mengendorkan semangat berkarya para seniman dalam upaya memajukan kebudayaan. Sejak pandemi melanda, berbagai kegiatan kesenian berlangsung tanpa kendala berarti.
Tentu penerapan protokol kesehatan (prokes) tetap mendapat perhatian serius agar tidak menimbulkan klaster baru penyebaran COVID-19. Seperti memakai masker, menjaga jarak dan mencuci tangan.
Pada masa pandemi, para seniman telah tampil maksimal dalam Pesta Kesenian Bali (PKB) ke-43 tahun 2021, bulan Juni-Juli lalu. Demikian juga pada akhir Oktober ini, seniman kembali mempersiapkan diri tampil dalam ajang Festival Seni Bali Jani (FSBJ) III yang digelar selama dua minggu.
Hajatan kesenian tahunan itu akan digelar secara hybrid yaitu luring dan daring. Di luar PKB dan FSBJ, para seniman Bali, terutama para perupa tetap menunjukkan gairah berkarya, baik di studio maupun on the spot. Bahkan beberapa di antara mereka melakukan pameran terbatas, dengan penerapan prokes yang ketat.
Seperti yang dilakukan pelukis I Made Bakti Wiyasa dan putranya Putu Bagus Sastra. Mereka menggelar pameran lukisan di rumahnya di Banjar Pohmanis, Biaung, Penebel-Tabanan bertema ‘’Jejak Peradaban Bali Tua’’ selama dua minggu, sejak Sabtu (4/9).
Pameran dalam rangka pemanjuan kebudayaan Indonesia itu dilanjutkan kegiatan melukis bersama dengan komunitas lukis cat air Indonesia – Bali Kolcai Bali, Sabtu (18/9). “Kami kali ini memilih mengabadikan keindahan alam Desa Pemanis, terutama situs cagar budaya Pura Batur Pemanis dengan melukisnya langsung di lokasi atau on the spot (OTS) water color painting. Sekitar 15 orang pelukis mengikuti kegiatan tersebut dengan mengikuti standar prokes COVID-19,” ujar Bakti Wiyasa.
I Made Somadita, salah seorang pelukis yang terlibat dalam kegiatan itu mengatakan, dalam masa pandemi saat ini, semangat berkarya tak boleh kendor. Karena itu selain melukis di studio, ia melukis on the spot bersama kawan-kawan, dengan standar prokes. “Bagi saya melukis on the spot itu semacam penyegaran kembali akan energi-energi kreatif yang sekian lama telah tertimbun oleh persoalan-persoalan yang menyangkut pandemi dan dinamikanya. Dengan adanya aktivitas melukis on the spot, maka kita akan bergumul kembali dengan alam, menyerap kembali energi-energi positif dari alam, sehingga secara tidak langsung akan berdampak pada kepekaan-kepekaan terhadap keindahan-keindahan yang berserak di sekitar kita,’’ ujar Somadita, Minggu (19/9).
Kata dia, dalam berkarya, disiplin menerapkan prokes menjadi keharusan agar kasus COVID-19 yang saat ini mulai melandai, tidak melonjak lagi. Dengan demikian, aktivitas berkesenian bisa kembali normal seperti sebelum pandemi.
Penerapan prokes dalam berkesenian memang mendapat atensi dari instansi terkait agar tidak menimbulkan klaster baru. Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi Bali Prof. Dr. I Gede Arya Sugiarta baru-baru ini mengatakan, dalam waktu dekat ini masyarakat Bali akan kembali menggelar kegiatan Festival Seni Bali Jani III yang dilangsungkan secara hybrid.
“Seluruh rangkaian kegiatan FSBJ 2021, tetap mengedepankan protokol kesehatan. Rancangan FSBJ tetap fleksibel, dengan format hybrid. Ada yang live dengan penonton terbatas dan ada yang virtual. Semua program akan disiarkan secara streaming. Jika kondisi membaik, format ini dilakukan. Tetapi jika kondisi pandemi masih mengkhawatirkan, semua acara akan dilakukan secara virtual. Prinsipnya, FSBJ tetap jalan dan sedang dipersiapkan,’’ ujarnya.
Memang, senjata ampuh menghadapi pandemi adalah dengan menerapkan prokes dan vaksinasi. Kesadaran semua pihak menerapkan prokes, sangat penting dalam menanggulangi COVID-19. Kita berharap kasus pandemi melandai, dengan demikian aktivitas berkesenian kembali normal. (Subrata/balipost)