SOLO, BALIPOST.com – Kota Solo makin getol memperkuat destinasi wisatanya. Kibaran pamor Kirab Pusoko 1 Suro, Grebeg Pasar, Grebeg Syawal, Grebeg Mulud, Grebeg Sudiro dan Grebeg Besar akan dilengkapi dengan wisata pasar.

Bagi yang penasaran, ingin menyaksikan langsung, silakan tonton Festival Ragam Pasar Tradisional, 21-24 September 2017 di Benteng Vastenburg. Kegiatan tersebut sekaligus sebagai promosi pasar tradisional.

“Kami ingin membangun wisata yang unik. Kalau Kalimantan Selatan punya Pasar Terapung Muara Kuin, Solo punya pasar tradisional yang unik. Ini yang ingin kami angkat di Festival Ragam Pasar Tradisional nanti,” kata Daryono, Ketua Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata Indonesia (Asita) Solo, Sabtu (16/9).

Bagi yang ingin menikmati sensasi baru dalam liburan, di sinilah tempatnya. Semua keunikan pasar tradisional di Solo dipastikan siap menyapa pengunjung. Dari mulai bangunan pasar yang memiliki sejarah, konten atau barang yang diperdagangkan, orisinalitas barang yang dijual, semua ada.

Baca juga:  Bali Jadi Daya Tarik, Booth Wonderful Indonesia di NYTTS Ramai Dikunjungi

“Banyak pasar di Surakarta yang memiliki keunikan dari jenis barang dagangannya maupun kaitan dengan sejarah serta budaya Surakarta. Solo punya Pasar Triwindu, Pasar Gede Hardjonagoro dan Pasar Klewer. Ketiganya cukup layak untuk dijual sebagai paket wisata,” timpal Kepala Dinas Perdagangan Kota Solo Subagyo.

Pasar Triwindu dianggap memiliki keunikan lantaran jenis komoditas barang dagangannya yang berbeda dengan pasar lain. Selama ini, pasar yang menjual barang antik itu banyak dikunjungi oleh kolektor barang antik dari berbagai kota.

Sedangkan Pasar Gede Hardjonagoro yang berada di pusat kota dinilai memiliki kaitan sejarah dengan Keraton Kasunanan Surakarta. Selain itu, di pasar itu juga terdapat pedagang yang menjual berbagai kuliner dan jajan pasar.

“Untuk Pasar Klewer sudah sejak lama menjadi tujuan wisatawan yang ingin berbelanja batik atau sandang,” katanya. Lokasinya juga berada di sekitar Keraton Kasunanan Surakarta yang juga mampu menyedot banyak wisatawan.

Baca juga:  Kemenpar Dorong Geopark Ciletuh Diakui Unesco

“Kota Solo juga memiliki potensi wisata yang bisa dikembangkan melalui perpaduan antara flower, fashion, dan food. Yakni melalui Pasar Kembang yang memiliki karakteristik bunga sebagai barang dagangan,” katanya.

Dengan mengangkat tema Kumandange Pasar Tradisional, 44 pasar tradisional di Kota Solo ikut dilibatkan dalam memeriahkan festival tersebut. “Nanti ada 140 stan pasar tradisional dalam festival tersebut,” ucap dia.

Acungan jempol langsung dilayangkan Menpar Arief Yahya. Menurutnya, pengembangan dan penataan pasar tradisional bisa menjadi sangat strategis bagi pengembangan pariwisata di kota Solo. Goalnya, Solo menjadi surga wisata berbelanja.

“Benchmarknya bisa lihat dari Batam dengan dengan Pasar Aviari-nya. Pasar ini merupakan kawasan perbelanjaan barang second dan saat ini sudah menjadi ikon pariwisata Kota Batam. Atau Thailand yang mampu menghidupkan Pasar Chatuchak. Pasar tradisionalnya menjadi destinasi wisata yang untuk belanja murah,” ungkapnya.

Baca juga:  Status Geopark Ciletuh Jadi UNESCO Global Geopark Ditentukan Awal Agustus

“Chatuchak’ atau ‘Jatujak’, adalah pasar terbesar di dunia. Pasar ini diperkirakan dikunjungi sekitar 400 ribu orang setiap weekend-nya. Pasar yang dikenal sebagai JJ Market, memiliki lebih dari 8000 kios yang terbagi di 27 area.

Paling tidak ada 9 jenis barang yang dijual di Chatuchak Market, yaitu : makanan minuman, makanan kering, keramik, buku, pakaian, barang antik, home decoration, tanaman, dan binatang.

Saat ini, Chatuchak menjadi tempat tujuan yang mesti dikunjungi oleh para turis yang datang ke Bangkok. “Ini yang perlu kita contoh. Amati, tiru kemudian modifikasi ke pasar tradisional yang ada di Kota Solo,” ujarnya. (kmb/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *