MAGELANG, BALIPOST.com – Ada yang berbeda di sekeliling kompleks Candi Ngawen di Kecamatan Muntilan, Kabupaten Magelang, pekan lalu. Puluhan Memedi atau sebutan lain yang digunakan masyarakat setempat terhadap orang-orangan sawah untuk menakut-nakuti burung didirikan di sekeliling candi.

Bentuknya bervariasi. Masing-masing memiliki tinggi berbeda dengan ragam ekspresi. Ada yang tersenyum, lucu. Ada juga yang seram.

Sebelumnya, lebih dari 20 Memedi dari 27 Dusun di Desa Ngawen ini diarak keliling desa. Jika Memedi biasanya digunakan untuk mengusir hama maupun burung pemakan padi, maka kemarin Memedi justru menjadi daya tarik wisata. Memedi juga diarak bersamaan dengan nasi Wiwit.

Rangkaian kegiatan ini merupakan bagian dari Festival Candi Ngawen yang tahun ini memasuki penyelenggaraan ketiga. Festival ini masih akan berlangsung hingga ‪17 September‬ 2017.

Baca juga:  Pasien COVID-19 Dirawat Naik Ratusan Persen

Ketua Panitia Festival Candi Ngawen, Al Saptandyo mengatakan, festival ini merupan bagian dari upaya untuk terus melestarikan tradisi. Nasi wiwit misalnya. Merupakan wujud syukur dari para petani atas panen yang telah dilimpahkan Tuhan. “Pembuatan nasi wiwit dilakukan jelang panen. Wiwit juga berarti mengawali benih yang baik untuk pertanian selanjutnya,” ujar Al.

Begitu juga dengan memedi sawah. Untuk kali ini Al mengatakan, pihaknya memberi kebebasan bagi peserta untuk membuat memedi dari bahan apapun kecuali plastik. “Kegiatan ini diharapkan juga dapat mengangkat citra dan potensi pariwisata yang dimiliki desa Ngawen,” ujarnya.

Seperti diketahui, Desa Ngawen merupakan salah satu desa wisata yang ada di Muntilan yang telah berjalan sejak tiga tahun belakangan. Di desa ini juga terdapat Candi Ngawen, candi Buddha peninggalan wangsa Sailendra, pada zaman Kerajaan Mataram Kuno. Letaknya sekitar lima kilometer dari Candi Mendut dan delapan kilometer Candi Borobudur.

Baca juga:  Pecinta Diving, Ini Rekomendasi Kemenpar untuk Destinasi Wisata Bahari

Kepala Dinas Pariwisata, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Magelang, Iwan Sutiarso mengatakan, kegiatan ini bertujuan menggerakkan desa wisata dan wisata perdesaan yang ada di Ngawen, dan Magelang pada umumnya.

“Selain melestarikan tradisi yang ada, kegiatan ini juga diharapkan dapat meningkatkan kunjungan wisatawan ke desa wisata bertambah. Lama tinggal wisatawan juga meningkat,” ujarnya.

Ia mengatakan, Kabupaten Magelang memiliki tiga bidang unggulan. Yakni pertanian, industri kecil dan pariwisata. “Kami berharap ketiganya dapat memberikan manfaat dan kontribusi untuk kesejahteraan masyarakat,” ujarnya.

Menteri Pariwisata Arief Yahya mengapresiasi penyelenggaraan Festival Candi Ngawen yang tahun ini memasuki penyelenggaraan tahun ke-3. Menurutnya festival ini dapat memperkuat potensi wisata di salah satu kawasan pariwisata strategis “Joglosemar” dengan Candi Borobudur sebagai ikon.

Baca juga:  Aceh Jualan Paket Wisata "Family Friendly" di Tiga Kota Besar Malaysia

“Festival ini sangat baik. Apalagi dicreate oleh masyarakat dengan memanfaatkan nature and cultural resources yang dimiliki dan disupport oleh pemerintah daerah,” ujar Menpar Arief Yahya.

Arief Yahya mengatakan, masyarakat dan juga pemerintah setempat harus dapat memaksimalkan Candi Borobudur sebagai ikon pariwisata. Dengan kehadiran wisatawan ke Borobudur, tentunya mereka ingin merasakan dan menikmati keindahan lainnya yang ada di sekitar Borobudur.

“Ngawen dengan desa wisatanya dan festival ini harus dapat mengambil peran dengan baik. Tingkatkan pengelolaan festival dengan standar yang lebih baik ke depannya, dan matangkan aksesibiltas serta amenitas. Kalau sudah demikian wisatawan akan semakin nyaman dan berdampak ke perekonomian masyarakat,” ujar Menpar Arief Yahya. (kmb/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *