DENPASAR, BALIPOST.com – Meningkatnya kasus meningitis yang disebabkan bakteri Streptococcus suis (MSS) di Sibang, Abiansemal, Badung menyebabkan Badung berstatus “outbreak” meningitis. Sejak pertama dilaporkan, Minggu (5/3) hingga saat ini, total kasus suspect MSS (meningitis streptococcus suis) sebanyak 40 kasus dan 2 positis MSS.
Berdasarkan data STP rawat inap rumah sakit kabupaten/kota, tahun 2014, ada 24 kasus MSS, 5 diantaranya meninggal. Tahun 2015 ada 68 kasus, 7 diantaranya meninggal. Tahun 2016 26 kasus.
Sebelum kasus meningitis pecah di Sibang, MSS telah menjangkiti warga Kubutambahan, Buleleng akhir Desember lalu. Kini 4 warga Tabanan pun suspect MSS, setelah mengonsumsi olahan babi.
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Bali, dr. Ketut Suarjaya, MPPM mengatakan, KLB MSS atau tidak ditetapkan oleh setiap kabupaten/kota, sesuai dengan Buku Pedoman Penyelidikan dan Penanggulangan KLB. Bahwa suatu daerah dapat ditetapkan dalam keadaan KLB apabila memenuhi salah satu kriteria timbulnya suatu penyakit menular tertentu, yang sebelumnya tidak ada atau tidak dikenal pada suatu daerah. “Saat ini Kabupaten Badung sudah menyatakan KLB MSS,” katanya.Belum Ada Vaksin
Kepala Bidang Kesehatan Hewan Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH) Provinsi Bali, drh. IKG Nata Kesuma, MMA mengungkapkan, belum ada vaksin untuk babi mencegah penyakit streptococcosis. Maka dari itu, warga yang mencurigai babinya terkena penyakit streptococcosis agar cepat melaporkan kasus kepada dokter hewan terdekat untuk dilakukan pengobatan.
“Untuk para jagal atau tukang potong babi diminta agar tidak memotong babi sakit karena dapat menyebarkan penyakit zoonosis,” tegasnya.
Pelarangan terhadap pemotongan hewan yang sakit diatur dalam Undang undang dengan sanksi hukum. Selain dilarang memotong babi yang sakit, juga dilarang mengedarkan daging daging babi sakit.Ia mengimbau masyarakat untuk mewaspadai penyakit setiap melakukan pemotongan babi. “Dalam rangka mengantisipasi menjelang hari Galungan kita akan tingkatkan pengawasan pemotongan oleh petugas pengawas kesehatan masyarakat veteriner yang sudah ada di masing-masing kabupaten/kota,” imbuhnya. (Citta Maya/balipost)
berbahaya nih….