Seorang anak berusaha menawarkan barang dagangannya ke pengunjung di Pasar Badung, Denpasar. Selama pandemi, pekerja anak makin tinggi jumlahnya di Denpasar. (BP/eka)

DENPASAR, BALIPOST.com – Satu setengah tahun menghadapi pandemi, Bali mengalami kenaikan angka kemiskinan. Di sisi lain, pengangguran yang pada awal pandemi meningkat signifikan, berangsur mulai turun.

Dari data BPS, pengangguran bertambah signifikan pada Februari 2021 yaitu mencapai 5,42 persen dari angkatan kerja atau sebanyak 139,14 ribu orang. Padahal sebelum pandemi, pengangguran di Bali selalu menduduki peringkat terendah se-Indonesia.

Pada Agustus 2019, pengangguran di Bali hanya 1,57 persen. Sementara pengangguran pada Februari 2020 turun ke 1,25 persen atau 32,99 ribu orang.

Namun, pada Agustus 2020, persentasenya meningkat menjadi 5,63 persen atau sebanyak 144,50 ribu orang yang menganggur. Di Februari 2021, angka pengangguran sedikit menurun yaitu 5,42 persen atau turun 0,21 persen poin dari Agustus 2020.

Baca juga:  Jelang Hari Raya Keagamaan, Inflasi Cenderung Stabil dan Stok Tercukupi

Sayangnya, angka pengangguran yang turun tidak serta merta menurunkan angka kemiskinan. Angka kemiskinan pada Maret 2021 yaitu 4,53 persen naik 0,08 persen dari September 2020.

Koordinator Fungsi Sosial Badan Pusat Statistik (BPS) Dedi Cahyono, Jumat (1/10) mengatakan, Bali yang menggantungkan ekonomi pada sektor pariwisata mengalami kontraksi pertumbuhan pada 2020 secara yoy -11,06% di triwulan II, -12,32% di triwulan III, -12,21% di triwulan IV dan mulai membaik pada triwulan I 2021 yaitu -9,81% dan triwulan II 2021 yaitu -2,81%.

Kinerja perekonomian yang melambat berdampak langsung pada kondisi lapangan kerja. Sebab, kegiatan ekonomi yang terhenti membuat banyak perusahaan mem-PHK atau merumahkan karyawan untuk efisiensi.

Baca juga:  Nyepi, RSUD Karangasem Terima Puluhan Pasien Gawat Darurat

“Bisa dilihat pengangguran Bali yang tadinya 1,25% pada Februari 2020 terendah nasional naik menjadi 5,63 pada Agustus 2020 seiring dengan pertumbuhan ekonomi di triwulan itu yang kontraksi yoy-nya juga dalam,” ujarnya.

Lalu pada Februari 2021 turun sedikit menjadi 5,42%, menurutnya karena sebagian yang terdampak pandemi sudah mulai bekerja atau berusaha meskipun, tidak pada pekerjaan lama. Terlihat dari data status pekerjaan yang berusaha bangkit dan mulai bekerja pada pertanian dan perdagangan, naik.

“Jadi pengangguran langsung terdampak akibat pandemi dan dengan pandemi yang masih berlangsung dimungkinkan sebagian yang terdampak sudah shifting berusaha ke pekerjaan lain. Terlihat pada Februari 2021 sedikit menurun tapi belum kembali ke awal karena pariwisata terutama dari mancanegara belum dibuka padahal penyumbang terbesar pariwisata dari wisatawan mancanegara,” jelasnya.

Baca juga:  SE Nomor 17 Tahun 2021, Kebijakan Gubernur Koster Entaskan Kemiskinan "Nyegara-Gunung"

Sedangkan kemiskinan, ia menyebut kondisinya berbeda dengan pengangguran. Menurutnya, kemiskinan bisa jadi tidak langsung terdampak semasif pengangguran.

Peningkatan kemiskinan dari 3,78% pada Maret 2020, naik menjadi 4,45% pada September 2020 dan naik lagi menjadi 4,53% pada Maret 2021. Di awal pandemi, masyarakat dimungkinkan masih ada tabungan dan bantuan yang diberikan sehingga sangat membantu untuk bertahan.

Namun pandemi yang berkepanjangan membuat tabungan mulai habis dan kemampuan konsumsi atau daya beli masyarakat mengalami penurunan. Bantuan pada Maret 2021 juga tidak sebanyak tahun sebelumnya. (Citta Maya/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *