MANGUPURA, BALIPOST.com – Menyambut pembukaan pariwisata internasional di Bali, XL Axiata menghadirkan layanan 5G, Rabu (13/10). Namun, kehadiran layanan yang belum dikomersialkan ini hanya bisa dinikmati di XL Center, Jl. Sunset Road, Kuta.
Kehadiran layanan 5G di Bali ini menambah panjang daftar kota yang sudah dijangkau sejak 18 Agustus lalu. Sebelumnya layanan serupa sudah diperkenalkan, antara lain di DKI Jakarta, Surabaya, dan Makasar.
Direktur Teknologi & Chief Teknologi Officer XL Axiata, I Gede Darmayusa mengatakan Bali memang agak lambat dibandingkan yang lain karena menunggu pelonggaran PPKM. Sehingga, pengenalan layanan ini bisa secara tatap muka dengan protokol kesehatan yang ketat.
Ia menyebutkan pengenalan 5G di Bali ini diharapkan bisa menjadi momentum peningkatan layanan bagi pelanggan. Disebutkan Bali menjadi salah satu pionir untuk pengenalan teknologi 5G ini karena dinilai potensial dengan adanya industri pariwisata, terlebih pembukaan pariwisata internasional dilakukan pada 14 Oktober.
Layanan 5G, lanjutnya, tergantung pada kebutuhan masyarakat dan bisnis. Sekarang ini, layanan bisa dinikmati di XL Center. “Agar pelanggan yang ingin mencoba 5G bisa datang dan merasakan kecepatan layanan,” jelasnya.
Keunggulan 5G ini, disebutkannya, seperti, koneksi lebih cepat, latensi lebih rendah, dan bisa melayani pelanggan dalam satu kawasan lebih banyak. “Saya yakin 2 atau 3 tahun mendatang pasti akan memberi manfaat yang maksimal,” ujar Darmayusa.
Ia mengutarakan, handset 5G yang tersedia masih sangat terbatas, masih di bawah 5 persen. Untuk mengembangkan layanan ini, handset perlu lebih banyak dan terjangkau. “Sebab jika banyak tapi mahal, tidak akan menarik bagi pelanggan,” paparnya didampingi Group Head XL Axiata East Region, Dodik Ariyanto.
Ia pun menyebutkan, use case untuk bisnis perlu diperbanyak. Sehingga ke depannya, XL tak hanya memperoleh revenue dari pengguna ponsel tapi juga enterprise.
Untuk Bali, ia mencontohkan di sektor pariwisata, sejumlah use case bisa digunakan. Salah satunya adalah infrastruktur yang bisa diotomatisasi dengan menerapkan smart building.
Misalnya, pengaturan lampu, AC, dan sensor pengenal wajah serta suara di hotel yang bisa dilakukan lebih baik lagi dengan 5G. Dikatakan pengaturan-pengaturan itu akan menambah efisiensi energi dan mampu menghemat biaya pemeliharaan.
Artinya, dengan biaya yang lebih rendah, bisa menyediakan layanan yang lebih baik pada industri. Sebab, 5G memungkinkan bagi industri untuk menekan biaya namun berproduksi dengan jumlah yang lebih banyak.
Commercial Officer XL Axiata, David Arcelus Oses, mengatakan ini merupakan awal baru dari XL Axiata. Ada revolusi besar terjadi pada 2008 dengan kehadiran 3G, kemudian 4G, dan kini 5G. “Kami di XL Axiata bukan lagi penyedia telekomunikasi, tapi sudah menjadi penyedia layanan digital yang bisa memberikan pengalaman terbaik untuk pelanggan,” jelasnya.
Ia mengatakan XL perlu menangkap peluang ini. David pun menyebut pihaknya ingin memenangkan kompetisi dalam memberikan layanan digital untuk pengalaman terbaik bagi pelanggan.
Pengendali Frekuensi Radio Balai Monitoring (Balmon) Denpasar, Gede Utama Laksana, mengatakan pihaknya berharap keberadaan teknologi ini bisa membawa manfaat maksimal bagi pelanggan. (Diah Dewi/balipost)