I Wayan Dirgayusa. (BP/dok)

BANGLI, BALIPOST.com – Pemkab Bangli menutup tempat isolasi terpusat (isoter) di Rumah Sakit Jiwa (RSJ). Penutupan dilakukan lantaran sudah hampir sepekan terakhir, tidak ada pasien COVID-19 yang dirawat di sana.

“Dari tanggal 7 kemarin sudah tidak ada pasien di sana. Kasus COVID juga sudah melandai. Jadi berdasarkan hal tersebut, untuk sementara isoter di RSJ ditutup per hari ini,” ungkap Humas Gugus Tugas Percepatan Penanganan Kabupaten Bangli I Wayan Dirgayusa, Rabu (13/10).

Baca juga:  Sempat Nihil di Februari, Kasus Rabies Muncul Lagi di Jembrana

Sejalan dengan ditutupnya tempat isoter tersebut, Pemkab tidak lagi menempatkan petugas untuk berjaga di sana. Kata Dirgayusa selama ini penjagaan di tempat isoter dilakukan petugas dari unsur BPBD, Diskominfo, Dinas Kesehatan serta dari kepolisian dan tantara. “Tetapi tim Satgas untuk penanganan isoter masih tetap ada dan berjaga di pos instansi masing-masing,” terangnya.

Dikatakan Dirgayusa, dengan ditutupnya tempat isoter di RSJ, Pemkab Bangli saat ini akan memaksimalkan isolasi desa. Jadi ketika ada kasus orang tanpa gejala-gejala ringan (OTG-GR) covid yang butuh tempat isolasi, akan diarahkan menjalani isolasi di desa.

Baca juga:  Sistem BPJS Kesehatan Eror Lagi, Pasien Bayar Seperti Pasien Umum

Menurutnya pelaksanaan isolasi di desa selama ini berjalan cukup efektif. “Kalau umpama nanti terjadi kasus membludak lagi dan butuh tempat isoter, kemungkinan tempat di RSJ itu akan dipakai lagi,” ujarnya.

Kepala Dinas Kominfosan Kabupaten Bangli itu menambahkan bahwa saat ini BPBD dan Dinas Kesehatan masih menyusun laporan komprehensif terkait pelaksanaan isoter di RSJ selama ini. Pemkab juga masih menyusun berita acara terkait serah terima gedung itu ke pihak RSJ.

Baca juga:  Pengamanan IAF, Kodam IX/Udayana Tingkatkan Kewaspadaan

Sementara itu berdasarkan data terakhir Selasa (12/10), kasus COVID-19 di Kabupaten Bangli yang masih dirawat tercatat sebanyak 79 orang. Angka tersebut bertambah 10 kasus dari hari sebelumnya. Dari jumlah itu, sebagian besar menjalani isolasi desa. (Dayu Swasrina/balipost)

BAGIKAN