Tangkapan layar Epidemiolog dari Universitas Indonesia Pandu Riono saat hadir secara virtual dalam acara Talkshow ANTARA yang diikuti dari YouTube ANTARA TV Indonesia di Jakarta, Kamis (21/10/2021). (BP/Ant)

JAKARTA, BALIPOST.com – Rahasia keberhasilan pengendalian pandemi COVID-19 di Tanah Air yang saat ini sedang menunjukkan tren penurunan, diungkapkan epidemiolog dari Universitas Indonesia Pandu Riono. Ia menyebutkan integrasi 5M dan 3T yang membuat rantai penularan bisa diputus dengan relatif cepat.

“Rumus inilah yang menjadi rahasia, bagaimana kita berusaha mengintegrasikan efek 5M untuk menekan penularan, efek 3T untuk memutus rantai penularan dan efek vaksinasi supaya tidak ada lagi yang terinfeksi berat,” kata Pandu Riono, dikutip dari Kantor Berita Antara, Kamis (21/10).

Efek 5M yang dimaksud adalah mencuci tangan, memakai masker, menjaga jarak, mengurangi mobilitas dan menjauhi kerumunan. 3T adalah testing, tracing dan treatment. Pandu menyakini bila rumus tersebut diterapkan secara serius maka Indonesia dipastikan dapat mengendalikan pandemi COVID-19.

Baca juga:  KPK OTT Bupati Bogor

Apalagi pemerintah saat ini memiliki tim verifikator untuk menskrining aktivitas masyarakat berdasarkan status kesehatannya. Pandu mengatakan penurunan kasus COVID-19 di Indonesia yang sempat mencapai puncak pada Juli 2021 juga mengundang pertanyaan dari banyak pihak mengingat sebagian besar negara asing masih dilanda pandemi hingga sekarang. “Ini suatu keajaiban. Banyak negara ingin belajar. Saya sering ditanya apa sih rahasianya,” katanya.

Ia mengatakan gelombang pertama dan kedua COVID-19 yang melanda penduduk di Pulau Jawa-Bali dipengaruhi dinamika penduduk, khususnya yang bertepatan dengan libur panjang. “Akhir tahun baru ada dua kali libur panjang itu semakin memperkuat penularan di masyarakat dan kita tahu ada kegiatan yang cukup masif, yaitu Pilkada,” katanya.

Baca juga:  Hari Ini, Manila Mulai "Lockdown"

Pandu menyebut kenaikan kasus pada saat itu terbilang cukup cepat. 1 juta kasus pertama berlangsung selama setahun, 1 juta kasus berikutnya terjadi hampir enam bulan dan 1 juta kasus lainnya hanya butuh waktu sebulan. “Itu menunjukkan terjadi akumulasi bahwa semakin banyak orang yang terinfeksi, makin banyak penularannya dan berlaku masif,” katanya.

Berdasarkan hasil survei yang dilakukan pihaknya pada pergerakan kasus COVID-19 di bulan September 2021, terjadi perpindahan kasus menuju luar Jawa Bali. “Kasus di luar Jawa-Bali meningkat sejak akhir Juni 2021. Sekitar 50 persen kasus COVID-19 pada pertengahan September 2021 berasal dari luar Jawa-Bali,” katanya serta merta memastikan pemerintah hingga saat ini belum mencabut kebijakan PPKM sampai situasi benar-benar terkendali. (kmb/balipost)

Baca juga:  Hujan Abu Tipis Landa Sejumlah Wilayah Lereng Merapi
BAGIKAN