DENPASAR, BALIPOST.com – Tambahan kasus COVID-19 secara nasional mengalami penurunan signifikan dalam sepekan terakhir. Bahkan makin banyak kabupaten/kota di Jawa-Bali menjalani PPKM Level 2 dan 1.
Namun, Koordinator PPKM Jawa Bali, Luhut B. Pandjaitan, Senin (25/10), dalam keterangan virtual usai rapat terbatas dengan Presiden Joko Widodo, mengingatkan agar hal ini tidak membuat lengah. Ia pun menyebutkan alasan ini yang mendasari diperketatnya aturan terkait aktivitas, terutama perjalanan.
Dalam kesempatan itu, ia menyebutkan Amerika Serikat mengapresiasi penanganan pandemi yang dilakukan Indonesia. Dalam keterangan yang dipantau di kanal YouTube Sekretariat Presiden, Luhut yang pekan lalu melakukan kunjungan kerja ke Amerika Serikat menyebut apresiasi dilontarkan karena Indonesia mampu menangani pandemi dengan baik.
Kuncinya adalah Indonesia dinilai masih mampu melakukan briefing ke seluruh jajarannya untuk memperhatikan dan mengawasi protokol kesehatan. Hal ini, dikatakan Luhut, tidak ditemui di banyak negara. Sehingga serangan gelombang ber gelombang terus terjadi di berbagai negara. “Seperti yang terjadi mulai minggu kemarin di Belanda,” ungkapnya.
Ia menekankan masyarakat tidak boleh lengah karena kasus saat ini sudah rendah. Sebab, banyak negara lain, terutama di Eropa yang mengalami kenaikan kasus signifikan meskipun vaksinasinya cukup tinggi.
Di negara-negara tersebut relaksasi kegiatan sosial dilakukan dengan cepat dan prokes dilupakan. “Ini mohon dimengerti. Kalau ada langkah-langkah kami yang kelihatan ketat, kami memang mempertimbangkan betul. Karena kalau sudah menyebar baru pada ribut. Lebih bagus kami sekarang melakukan ketat, tapi longgar,” sebutnya.
Belajar dari pengalaman kenaikan kasus di negara-negara lain, ia mengatakan tidak boleh mengendurkan langkah-langkah penguatan 3 M (memakai masker, mencuci tangan dengan sabun di air mengalir, dan menjaga jarak serta menjauhi kerumunan) dan 3 T (tracing, testing, treatment), juga disiplin penggunaan PeduliLindungi. “Kejenuhan terlihat saat ini dalam menerapkan protokol kesehatan, harus dapat dihilangkan dengan adanya pengawasan dan enforcement yang lebih kuat terhadap PeduliLindungi di berbagai sektor, terutama seiring kesadaran masyarakat yang semakin berkurang terhadap pandemi COVID-19,” tegas Luhut yang juga merupakan Wakil Ketua Komite Penanganan COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN) ini.
Ia mengingatkan kembali bahwa gelombang baru bisa ditahan dengan mengendalikan jumlah tambahan kasus, harus di bawah 2.700 kasus. Dalam seminggu terakhir ini di bawah 1.000 kasus.
Ini bisa terjadi, lanjutnya, karena penerapan 3 M yang ketat dan 3 T yang tinggi. Presiden, kata Luhut, juga menekankan bahwa PeduliLindungi menjadi salah satu alat untuk mengendalikan pandemi di tengah peningkatan mobilitas. Aplikasi ini telah digunakan lebih dari 121 juta kali. (Diah Dewi/balipost)