Oleh: Dr. I Gusti Bagus Rai Utama, SE., M.MA.,MA.
Setelah dua kali menyimak paparan buku yang berjudul Ekonomi Kerthi Bali, yakni saat peluncuran Buku pada tanggal 20 Oktober 2021 yang bertepatan dengan hari ulang tahun Gubernur Bali Bapak Wayan Koster, dan saat pembukaan International Entrepreneurship pada tanggal 26 Oktober 2021, akhirnya tergambar dengan jelas bahwa Gubernur Wayan Koster sebagai pengarang buku tersebut menawarkan formula baru dalam mengelola perekonomian Bali. Formula tersebut berupa penentuan 6 (enam) sektor unggulan perekonomian Bali.
Didasarkan pada keorisinilan dan keunggulan sumber daya lokal Bali Krama, dan Kebudayaan Bali yang meliputi alam, krama, dan kebudayaan Bali sebagai sumber daya potensial pada sektor sektor pertanian, kelautan/perikanan, dan industri kerajinan rakyat, bukan berdasarkan atas besaran (nominal) kontribusi terhadap perekonomian (PDRB) Bali.
Nampak sangat jelas bahwa formula Ekonomi Kerthi Bali menawarkan dan ingin menguji homogenitas sektor perekonomian Bali yang terlalu dominan pada sektor pariwisata. Idealnya, keanekaragaman industri dalam sebuah perekonomian menunjukkan sehatnya masyarakat. Jika masyarakat yang hanya menggantungkan perekonomiannya pada salah satu sektor tertentu seperti pariwisata, akibatnya ketahanan ekonomi menjadi sangat berisiko.
Mestinya kita memiliki industri alternatif lainnya seperti pertanian, perikanan, atau sektor lainnya. Buku Ekonomi Kerthi Bali dalam konteks ini menjadi sangat relevan. Masa Pandemi nyaris dua tahun ini cukup mendapatkan gambaran bagi kita semua untuk dapat membaca apa yang akan terjadi di masa depan secara global pada semua sektor kehidupan manusia.
McKinsey & Company: Global management consulting pada sebuah laporan atau working paper yang memaparkan beberapa bidang pekerjaan telah mengalami disrupsi dan sekaligus juga ada yang mengalami akselerasi yang cukup signifikan akibat pandemic covid-19 ini. Bidang pekerjaan yang dapat dikerjakan dari rumah (work from home) cenderung mengalami akselerasi yang cukup tinggi karena menjanjikan fleksibilitas untuk pekerja, dan penghematan biaya untuk perusahaan.
Jika pandemi berakhir dalam waktu dekat, metode work from home akan terus menjadi alternatif bagi banyak perusahaan dengan alasan di atas. Bisnis yang menerapkan metode penetrasi e-commerce justru diestimasi akan terus mengalami peningkatan, tidak hanya alasan pandemi covid-19 namun lebih pada kenyamanan bagi konsumen, lonjakan pengguna baru selama pandemi, dan meningkatnya adopsi pembayaran digital pada masa pandemi yang merasakan semakin nyamannya metode e-commerce ini.
Hampir semua bidang bisnis yang menerapkan metode otomasi diprediksi akan terus mengalami peningkatan yang cukup signifikan karena mengurangi kontak fisik, mengatasi variabilitas permintaan, meningkatkan efisiensi dan kecepatan, dan menyediakan pelayanan bebas dari kontak fisik.
Prediksi McKinsey & Company nyaris mengalami kenyataan, lalu apa hubungannya dengan Formula Ekonomi Kerthi Bali yang ditawarkan oleh Gubernur Bali? McKinsey & Company menganjurkan bahwa apapun bidang pekerjaan yang sedang kita geluti saat ini tidak akan dapat menghindari diri dari penerapan teknologi digital dan e-commerce sehingga diperlukan Generasi atau Manusia Bali yang unggul saja, namun generasi atau manusia Bali yang APIK: Adaptif, Profesional, Inovatif, dan Kreatif.
Jika Bali ingin serius menggarap sektor pertanian sebagai program back to agriculture, maka harus menerapkan metode e-commerce, dan otomasi teknologi informasi agar mampu menarik menjadi tujuan migrasi atau konversi sektor bisnis baru. Tentu saja alternatif migrasi dan konversi ekonomi Bali tidak sebatas pada sektor pertanian saja, namun bisa juga pada sektor industri kecil, dan menengah yang sudah berkembang pada usaha rumah tangga, kelompok, dan usaha kecil saat ini, namun masih belum diberdayakan secara optimal.
Dengan sentuhan metode e-commerce, dan otomasi teknologi informasi dapat dipastikan mampu menjadi tujuan migrasi dan konversi potensi yang menyusut pada sektor pariwisata. Artinya, semua sektor bisnis tanpa terkecuali harus menerapkan metode e-commerce, otomasi teknologi informasi, dan secara konsisten meningkatkan kualitasnya untuk dapat meningkatkan daya jangkau dalam arti luas terhadap konsumennya.
Sebaik apapun formula pembangunan ekonomi yang kita susun tidak akan dapat berjalan dengan baik jika kita tidak memiliki kemandirian energi untuk menggerakkan semua sektor yang kita harapkan sebagai sektor unggulan perekonomian Bali. Beberapa tahun yang lalu Cadangan listrik di Bali diprediksi akan terus berkurang yang disebabkan beban penggunaan listrik meningkat, sementara suplainya tetap alias belum ada usaha untuk pembangunan bidang energi ini.
Satu hal yang menjadi sangat penting saat ini adalah bidang telekomunikasi, termasuk jaringan atau aksesibilitas internet yang tidak merata di provinsi Bali. Kebutuhan aksesibilitas menjadi sangat signifikan saat ini untuk menghantarkan sektor hulu, dan proses menuju hilirisasi produk hingga menuju ke tangan konsumen dalam provinsi, nasional, maupun expor.
Penulis adalah Rektor Universitas Dhyana Pura, Alumnus Program Master of Arts in International Leisure and Tourism Studies CHN Netherland, dan Doktor Pariwisata Universitas Udayana.