Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani dalam pertemuan bersama masa Presidensi G20 di Italia, Jumat (29/10/2021). (BP/Ant)

JAKARTA, BALIPOST.com – Empat aspek yang menjadi ancaman bagi pemulihan ekonomi dunia dari dampak pandemi COVID-19 yakni akses vaksin, inflasi, krisis energi, dan disrupsi suplai komoditas. Demikian dikatakan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati.

Sri Mulyani menuturkan keempat aspek tersebut disoroti oleh sejumlah negara G20 dalam pertemuan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 di Roma, Italia. “Ini terjadi di seluruh di negara-negara yang pemulihannya sangat cepat namun kemudian muncul komplikasi dalam bentuk kenaikan harga (komoditas), (krisis) energi dan supply disruption,” katanya dalam konferensi pers terkait Pertemuan G20 secara daring di Jakarta, Minggu (31/10).

Baca juga:  Indeks Bisnis UMKM: Pelaku UMKM Makin Optimis Memasuki Kuartal II 2022

Sri Mulyani menjelaskan akses terhadap vaksin COVID-19 belum merata di seluruh dunia mengingat masih ada negara yang tingkat vaksinasinya kurang dari 3 persen seperti negara-negara di Afrika.

Terlebih lagi, rata-rata vaksinasi di negara-negara miskin baru 6 persen dari jumlah penduduknya sedangkan negara-negara maju sudah di atas 70 persen bahkan mendekati 100 persen dan telah melakukan boosting vaksin COVID-19.

Selain itu, pemulihan ekonomi yang cepat menyebabkan tingginya permintaan terhadap komoditas namun ternyata ada negara yang tidak siap memenuhi kebutuhan tersebut sehingga terjadi kenaikan harga komoditas atau inflasi.

Baca juga:  Kasus Kedua, Satu Penumpang Transit di Bali Positif Corona

Ketidaksiapan itu dapat berupa adanya disrupsi suplai di pelabuhan seperti tidak adanya supir yang mengangkut barang sehingga bahan baku tidak dapat dikirim dan tidak bisa diproduksi oleh industri. “Waktu permintaan pulih dengan cepat dan kuat ternyata supply start-nya nggak tidak mengikuti,” ujarnya dikutip dari kantor berita Antara.

Tak hanya itu, krisis energi terjadi karena investasi di bidang energi terutama non-renewable sudah merosot tajam sedangkan permintaan terhadap energi melonjak seiring pemulihan ekonomi dan memasuki musim dingin. “Ini mendorong inflasi yang tinggi di berbagai negara dan menjadi ancaman pemulihan ekonomi global. Indonesia perlu waspada terjadinya rembesan hal tersebut,” tegasnya. (Kmb/Balipost)

Baca juga:  Empat Pesilat Bali Gabung Pelatnas

 

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *