Band Masekepung menghibur para pengungsi dan mengamen untuk mendapatkan dana yang akan disumbangkan ke pos pengungsian Gunung Agung. (BP/ist)
GIANYAR, BALIPOST.com – Band Masekepung belakangan tenar dengan lagu andalannya “Tuak adalah Nyawa.” Untuk menggalang dana bagi pengungsi Gunung Agung. Band ini dikatakan Manager Masekepung, Wayan Sugiarta ngamen dari Minggu (24/9) pagi hingga siang di pasar-pasar yang ada di Gianyar.

Yan Gus demikian dia akrab disapa mengatakan Band Masekepung mulai ngamen pukul 09.00 di Pasar Guwang. Kemudian bergeser ke Pasar Sukawati pada pukul 14.00. “Di Sukawati juga dua jam. Hasil ngamen langsung kami bawa ke kamp pengungsi,” ujar Yan Gus.

Baca juga:  TPA Suwung Kembali Dibuka, Pembuangan Sampah di Denpasar Berangsur Normal

Yan Gus sendiri tidak tahu berapa jumlah donasi yang terkumpul selama mereka mengamen. Selain uang, ada juga yang memberikan beras. Dikatakan semua hasil itu diserahkan ke posko pengungsi.

Setelah memberikan donasi, Masekepung yang datang ke kamp lengkap dengan alat manggung langsung menghibur para pengungsi dari Karangasem. “Kami kemari dalam rangka menghibur, supaya sedih mereka (pengungsi, red) bisa berkurang,” terang Yan Gus.

Baca juga:  Kejari Gianyar Bidik Kasus Penyalahgunaan Dana COVID-19

Masekepung juga membawakan lagu kebanggaan mereka, Tuak Adalah Nyawa. Harapannya, dengan hiburan dan sumbangan yang diberikan, bisa meringankan beban pengungsi. “Kami juga doakan dalam menghadapi ini. Mudah-mudahan terhibur,” jelasnya.

Pihaknya juga akan mencari waktu untuk menghibur di lain kesempatan. Selain hadir Masekepung, hiburan Minggu sore juga ada The Riper dengan genre rock and roll.

Tak hanya Masekepung, di Gianyar banyak bermunculan pengamen dadakan. Mereka bukan sekdar menyanyi mencari rupiah, melainkan menggalang dana sebagai bantuan untuk pengungsi Gunung Agung.

Baca juga:  Lindungi Diri dari Debu Vulkanik, Ini Tipsnya

Berdasarkan pantauan di Banjar Babakan, Sukawati, terdapat dua titik pengumpulan sumbangan yang melibatkan sejumlah pemuda setempat. Mereka berpakaian adat madya membawa kardus yang berisi tulisan tentang peduli Karangasem. Beberapa teman mereka mengamen dengan alat musik gitar dan ketipung.

Beberapa pemuda juga tampak di pertigaan Guwang-Celuk. Pemuda tampak mengamen di lampu merah. Teman mereka pun berkeliling membawa kardus untuk mengumpulkan sumbangan. (Manik Astajaya/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *