DENPASAR, BALIPOST.com – Gubernur Bali Wayan Koster belakangan memiliki perhatian khusus terhadap pengembangan garam tradisional Bali. Para akademisi menilai kebijakan tersebut sebagai ide cemerlang dalam upaya membangun kemandirian
ekonomi rakyat Bali.
Akademisi dari Undiknas, Prof. IB. Raka Suardana, Jumat (12/11) bahkan berharap agar kebijakan penggunaan garam beryodium dicabut dan digantikan dengan penggunaan garam rakyat yang diproses oleh masyarakat Bali. “Jika memang dari kesehatan, garam beryodium dapat mencegah penyakit gondok, maka kenapa tidak garam rakyat kita saja yang
diproses dengan menambahkaan kandungan yodium,”
tandasnya.
Menurutnya, kebijakan ini merupakan ide cemerlang untuk membentuk kemandirian ekonomi masyarakat Bali, karena baginya Bali memiliki sumber daya yang melimpah asalkan kebijakan mendukung akan hal tersebut. Rakyat pun menurutnya akan mendukung selama kebijakan tersebut berpihak pada rakyat.
Selama ini penggunaan garam impor khususnya garam beryodium telah membuat garam produksi rakyat tersisih sehingga harganya sangat rendah. Sementara proses pembuatannya membutuhkan tenaga yang cukup besar.
Dengan berpihak pada ekonomi kerakyatan yaitu
garam ini, ia menilai harga garam rakyat akan cukup
bagus dan tentu dapat meningkatkan kesejahteraan petani garam tersebut.
Akademisi dari Udayana Prof. Wayan Suartana mengatakan, garam merupakan barang esensial bagi masyarakat. Petani garam tradisional harus dilindungi sehingga mampu bertahan di tengah gempuran persaingan pasar. “Saya mengapresiasi perhatian dan kepedulian gubernur terhadap petani garam,” ungkapnya. (Citta Maya/balipost)