SEMARAPURA, BALIPOST.com – Para pengungsi antisipasi erupsi vulkanik Gunung Agung di Gor Pengungsian Swecapura, Selasa (26/9) pagi disibukkan dengan menjemur pakaian yang mereka bawa. Hal ini disebabkan, sejak pukul 12 malam hingga pukul 2 pagi, para pengungsi utamanya yang berada di tenda darurat pengungsian diguyur hujan dari pukul 12 malam hingga pukul 2 pagi.

Wayan Surenten (46), pengungsi asal Br. Gunung Biau Manik, Desa Muncan, Karangasem, mengatakan hujan terjadi sejak pukul 12 malam, namun puncak hujan lebat terjadi pada pukul 1 pagi hingga 2 pagi waktu setempat.

Baca juga:  Dua Daerah Ini, Sama-sama Laporkan 29 Warganya Terpapar COVID-19

Para pengungsi yang berada di tenda darurat dipindah ke dalam Gor Swecapura pada pukul 02.30 Wita. “Baju semua basah, karena kami pindah ke dalam Gor hanya membawa perlengkapan tidur saja. Semua pakaian kami tinggalkan di tenda, ya jadi basah,” ujar Wayan Surenten yang sudah mengungsi 4 hari di Gor Swecapura ini.

Selama mengungsi, Wayan Surenten mengaku setiap hari sempat pulang ke rumahnya di Banjar Gunung Biau Manik. Sebab, hewan peliharaannya ia tinggal disana. “Setiap jam 8 pagi saya pulang untuk mengurus hewan saya, karena saya gak bawa ke Klungkung dan jam 4 saya balik lagi ke sini (Gor Swecapura, red),” ucapnya.

Baca juga:  Keluarga Gelar Ritual Dekat Lokasi Hilangnya 3 Pemancing, Cari Petunjuk ke "Orang Pintar"

Untuk mengantispasi banjir di tenda pengungsian darurat, para pengungsi secara berhoyong royong membuat parit di tenda masing-masing. Hal ini dilakukan jika terjadi hujan lagi, hujan tidak masuk ke dalam tenda, sehingga tidak terjadi banjir. “Kami gotong royong membuat parit dari jam 8 pagi ini,” imbuhnya.

Meskipun begitu, Wayan Dedet (57) mengaku pelayanan relawan antisipasi erupsi Gunung Agung di Gor Swecapura sangat baik. Hal ini diakuinya, sejak tetjadi hujan para relawan sudah mengatakan untuk masuk ke dalam Gor Swecapura.

Baca juga:  Implementasi Pergub 99/2018, Lima Perjanjian Kerjasama Ditandatangani

Selain itu, dari segi pelayanan kesehatan dan konsumsi juga diakuinya sangat baik. “Semua pelayanan yang diberikan kepada kami sangat bagus, bahkan kami sampai 4 kali dikasi makan setiap harinya. Kami juga diberikan karpet untuk tempat tidur,” kata Wayan Dedet yang juga berasal dari Br. Gunung Biau Manik, Desa Muncan, Karangasem ini. (Winatha/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *