Hujan
Warga yang tinggal di pengungsian di Lapangan Ulakan, Kecamatan Manggis berada di tenda-tenda pengungsian. (BP/gik)
AMLAPURA, BALIPOST.com – Hidup dalam pengungsian memang sangat tidak nyaman. Istirahat tak tenang, makan tak enak, tidur pun tak nyenyak. Kehidupan pengungsi di tempat pengungsian, semakin diperparah dengan cuaca, karena kerap diguyur hujan saat malam hari. Saat terjadi hujan, para pengungsi khususnya di tenda-tenda seperti di Lapangan Ulakan, Kecamatan Manggis, terpaksa harus mengungsi lagi ke tempat-tempat yang lebih teduh, seperti balai banjar dan rumah-rumah warga.

Lapangan Umum Ulakan, nampak becek, Selasa (26/9) siang tadi. Situasi becek masih nampak di sekitar beberapa tenda pengungsian di sebelah barat lapangan. Beberapa bagian yang becek juga diatasi dengan tanah urug di beberapa titik. Kondisi lingkungan pengungsian seperti itu disebabkan karena beberapa kali turun hujan sejak Gunung Agung naik status level awas. “Hujan lebat memang sering turun disini. Pengungsi di tenda sering mengaku tak nyaman, sehingga memilih pindah sendiri ke lokasi aman di bale banjar maupun rumah-rumah warga,” kata Komang Suparta, dari Komando Relawan Rakyat Gunung Agung (Korrga) saat ditemui di Lapangan Ulakan, Selasa (26/9) siang tadi.

Baca juga:  Batas Akhir 30 November, Eksekutif Karangasem Diminta Segera Serahkan Rancangan APBD Induk 2019

Dia mengatakan jumlah pengungsi di Lapangan Ulakan mencapai sekitar 2000 orang. Sisanya sekitar 600 orang ditempatkan di balai banjar dan rumah-rumah warga sejak awal. Seperti di Bale Banjar Kodok, Bale Banjar Abaian Canang, Bangunan Yayasan Rage Angon dan beberapa tempat teduh lainnya. Tempat pengungsian ini dimanfaatkan warga lereng Gunung Agung dari berbagai daerah. Sebab, Lapangan Ulakan menjadi salah satu posko resmi pusat pengungsian yang ditetapkan Satgas Siaga Bencana.

Baca juga:  130 WNA Ditolak Masuk Bali

Salah satu pengungsi, Ni Komang Juni Arniti, mengaku sudah berada di tempat pengungsian ini selama tiga hari. Dia tinggal di tempat pengungsian tenda bersama lima orang keluarganya. Siswa SMPN 2 Amlapura ini, mengaku harus mengungsi karena khawatir terjadi letusan Gunung Agung. Dia mengakui kalau terjadi hujan, tenda-tenda memang bocor. Sehingga, warga harus pindah lagi ke tempat lain, sepertu bale banjar dan bale bengong serta rumah-rumah warga. “Saya sementara sekolah di sini, di SMPN 1 Manggis sejak kemarin, agar tetap bisa belajar,”  kata siswa kelas VIII asal Desa Pesagi ini.

Baca juga:  Kasus COVID-19 Bali Bertambah Banyak, Wilayah Ini Laporkan Puluhan Warga Terpapar

Pengungsi lainya, Mangku Sumerti dari Tihingan Kangin, Bebandem, mengaku sudah empat hari berada di pengungsian. Selama ini pelayanan yang diberikan cukup bagus, baik masalah makan maupun MCK. Dia juga mengaku khawatir, kalau terjadi hujan lebat, karena harus mengungsi ke tempat lain lagi. Sebab, di dalam tenda hanya ada alas tidur yang menyatu dengan tanah. Sehingga, kalau terjadi hujan pasti sangat repot. Pemangku Pura Paibon Penataran Pande ini, mengatakan dia mengungsi bersama 64 anggota keluarganya sejak awal di tempat ini, karena tempat ini di nilai paling aman. Dia berharap situasi ini cepat berlalu, agar bisa cepat pulang. (bagiarta/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *