Garam -Petani bakal menghentikan produksi garam ketika musim hujan. (BP/Nan)

AMLAPURA, BALIPOST.com – Saat musim kemarau, Patani garam tradisional Amed terus memproduksi garam untuk dijual. Dan saat memasuki musim hujan, petani untuk sementara waktu menghentikan proses produksi garam. Hal itu diakui oleh Ketua MPIG Gram Bali, I Nengah Suanda belum lama ini.

Suanda mengungkapkan, untuk saat ini petani memang masih memproduksi garam. Diperkirakan mulai akhir november atau awal Desember kemungkinan petani mulai menghentikan produksi garam karena sudah memasuki musim hujan. “Kalau sekarang masih memproduksi garam karena masih ada panas. Karena sebelum turun hujan produksi masih jalan terus. Saya rasa akhir November mulai menghentikan produksi karena mulai akan turun hujan. Karena tak mungkin memproduksi garam bila tak ada panas,” ucapnya.

Baca juga:  Uji Publik Pilgub di Unud, Mulia-PAS Beber Solusi Persoalan Bali

Dia menjelaskan, untuk stok garam yang dimiliki petani saat ini kurang lebih sekitar 20 ton untuk dijual tahun ini. Hanya saja, akibat pandemi COVID-19 ini penjualan garam sedikit mengalami penurunan. “Penurunan penjualan pasti ada. Karena pariwisata tidak berjalan. Kita kebanyakan jual garam ke hotel dan restauran. Tapi, Astungkara masih bisa menutupi biaya operasinal,” katanya.

Dia menjelaskan, ditengah situasi ini pihaknya masih terkendala permodalan. Hanya saja, pihaknya bersyukur telah dibantu KUR untuk permodalan.

Baca juga:  Kehadiran Turkish Airlines ke Bali, Momen Garap Wisatawan Nontradisional

Dengan bantuan modal itu, petani bisa terus melangsungkan usaha mereka sebagai petani garam. “Kita dibantu permodalan dari Bank BPD Bali. Ini setelah kita mengusulkan ke pemerintah Provinsi Bali dan akhirnya direspons baik oleh pak Gubernur Bali. Semoga ke depan terus ada bantuan KUR seperti ini agar petani garam Amed bisa bertahan dan tidak punah,” tandasnya. (Eka Parananda/balipost)

BAGIKAN