Gubernur Koster menerima cinderamata dari Kepala BNN, Petrus Golose. (BP/Istimewa)

DENPASAR, BALIPOST.com – Gubernur Bali, Wayan Koster menjadi keynote speaker dalam diskusi panel “Bersinergi Bersama Berantas Narkoba, Korupsi dan Terorisme untuk Pembangunan SDM Unggul di Era VUCA”. Diskusi dihadiri secara langsung oleh Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) RI, Komjen. Pol. Petrus Reinhard Golose, Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Komjen. Pol. Firli Bahuri, dan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Komjen. Pol. Boy Rafli Amar.

Acara diskusi panel yang dikemas secara Blended Webinar ini dilaksanakan di Gedung PRG Polda Bali, Rabu (24/11). Hadir pula Sekda Provinsi Bali, Dewa Made Indra, Kodam IX/Udayana, Kapolda Bali, Irjen. Pol. Putu Jayan Danu Putra dan seluruh Bupati/Walikota Se-Bali, Kejaksaan Negeri Se-Bali, Kapolres Se-Bali, dan Komandan Distrik Militer Se-Bali.

Gubernur Koster memberikan dukungan atas diselenggarakannya kegiatan diskusi panel yang mensinergikan pemberantasan Narkoba, Korupsi dan Terorisme ini. Untuk itu, Gubernur Jebolan ITB Bandung ini mengharapkan kegiatan yang jadi kolaborasi antara BNN, KPK dan BNPT dan pertama kali digelar di Indonesia serta lokasinya di Bali ini bisa diteruskan ke daerah lainnya.

Mengenai narkoba, Gubernur Bali asal Desa Sembiran, Buleleng ini menyebut bahwa narkoba saat ini sudah masuk ke pelosok Desa terpencil. Kemudian di masa pandemi, bahkan kasus narkoba meningkat dimana-mana dan Indonesia kini tak hanya jadi tempat transit dan konsumen semata, namun sudah menjadi produsen. “Penyalahgunaan narkoba tidak hanya berpotensi merusak masa depan generasi muda, akan tetapi telah menjadi sumber maraknya tindakan kriminal hingga dapat menjadi faktor penghambat pembangunan nasional,” jelas Gubernur Koster.

Baca juga:  Bupati Nganjuk Disebut Terima Setoran Camat, Mulai dari Rp 2 Juta

Terkait korupsi, Gubernur Koster mengatakan tingginya kasus dapat menimbulkan degradasi moral yang juga menimbulkan kerugian negara yang nilainya tidak sedikit. “Hal tersebut ditunjukkan dengan kerugian negara mencapai Rp 56,7 triliun dan kasus suap mencapai Rp 322 miliar. Jumlah ini setara dengan 3.000 puskesmas dan 1.750 sekolah dasar,” kata orang nomor satu di Pemprov Bali ini.

Kemudian mengenai terorisme, mantan anggota DPR RI 3 Periode dari Fraksi PDI Perjuangan ini mengatakan telah menjadi ancaman kita semua, hingga dapat menimbulkan rasa tidak aman dan nyaman, karena menebar ketakutan dan lebih jauh lagi dapat mengancam ideologi negara, menurunkan pertumbuhan ekonomi dan kerusakan nyata lainnya. “Untuk itu, kegiatan hari ini diharapkan tidak hanya mampu menurunkan dampak terorisme, namun juga bisa memperkuat sinergi bersama antara BNN, KPK dan BNPT. Kemudian yang terpenting, hal ini sangat bermakna untuk mendukung pembangunan Bali dan Indonesia pada umumnya,” tandas Ketua DPD PDI Perjuangan Provinsi Bali ini.

Baca juga:  Kejar Kinerja Pemda Lebih Baik, Pemprov Gelar FGD IPKD hingga IKKD

Sementara itu, Kapolda Bali Irjen. Pol. Putu Jayan Danu Putra dalam sambutan mencetuskan bahwa diskusi yang menghadirkan narasumber terbaik di bidang Narkoba, Korupsi, dan Terorisme ini diharapkan mampu mendukung upaya preventif dan holistik dalam menghadapi persoalan besar Indonesia. “Apalagi sekarang kejahatan terorganisir sudah melibatkan teknologi digital, sehingga perlu adanya SDM-SDM unggul untuk mengantisipasinya. Ini upaya Kita untuk menjadikan Indonesia bebas narkoba, korupsi dan teroris agar terwujudnya generasi muda yang tangguh dan berbudi menuju Indonesia Maju,” tegasnya.

Dalam diskusi panel tersebut, Kepala BNN RI Komjen. Pol. Petrus R Golose yang mendapatkan kesempatan pertama menyebutkan Indonesia merupakan pasar potensial peredaran gelap narkoba dengan persentase pengguna mencapai 1.8 persen atau setara dengan 3.4 juta orang. Delapan puluh persen narkoba masuk melewati jalur laut yang sulit untuk dideteksi, karena radar yang mereka pakai dimatikan.

VUCA sendiri yang jadi bagian tema diskusi disebutnya adalah singkatan dari Volatility, Uncertainty, Complexity, dan Ambiguity. VUCA dapat diartikan dimana dunia yang dihidupi sekarang berubah dengan sangat cepat, tidak terduga dan dipengaruhi oleh banyak faktor yang sulit dikontrol dan kebenaran serta realitas menjadi sangat subyektif.

Baca juga:  Persyaratan Dinilai Terlalu Ketat, BST-SPP Pemprov Bali Masih Jauh dari Harapan

“Saya sangat konsen dengan masalah narkoba di Bali. Jadi tidak boleh ada anggapan di Bali orang bisa pakai, bahkan bisa melakukan pesta narkoba. Tidak boleh itu terjadi itu,” tegasnya.

Ketua KPK Komjen. Pol. Firli Bahuri menyebut korupsi adalah kejahatan kemanusiaan yang tidak hanya merampas hak asasi manusia, tetapi juga  mengancam ekonomi bangsa. “Setiap anak bangsa harus berperan menurunkan angka korupsi. Semua anak bangsa harus menjadi pelaku sejarah pemberantasan korupsi,” ajak Ketua KPK RI ini.

Kepala BNPT, Komjen. Pol. Boy Rafli Amar dalam kesempatannya menyebut ideologi sesat terorisme menghalalkan kekerasan sebagai jalan untuk mencapai tujuan serta menjadi sebuah ideologi yang anti demokrasi, anti kemanusiaan dan sangat intoleran. Menjadi semakin berbahaya, menurut Boy Rafli, ketika ideologi terorisme dan radikalisme yang berasal dari luar tersebut dipaksakan masuk ke negara Kita dengan memasukan narasi-narasi serta teks agama yang menjadikannya sangat mungkin terdoktrin pada masyarakat awam.

Di akhir acara diskusi panel, Gubernur Koster menyerahkan cinderamata berupa Kain Tenun Endek Bali kepada ketiga pembicara. (Winatha/balipost)

BAGIKAN