Seorang warga berjalan melewati poster yang diletakkan di jalan masuk ke restoran di Brussels, Belgia, Rabu (14/4/2021), saat penyebaran penyakit virus corona (COVID-19) terus berlanjut. Poster itu bertuliskan "Saya adalah Hotel-Restoran-Cafe selama 30 tahun dan sekarang saya sekarat, tolong!". (BP/Antara)

BRUSSELS, BALIPOST.com – Kasus varian B11529 yang merebak di Afrika Selatan ditemukan di Eropa. Belgia menjadi negara Eropa pertama yang mengonfirmasi temuan kasus varian baru COVID-19 yang dinamai Omicron tersebut pada Jumat (26/11).

Menteri Kesehatan Frank Vandenbroucke saat konferensi pers mengemukakan bahwa kasus varian B11529 telah ditemukan pada seseorang yang tidak disuntik vaksin. Pasien mengalami gejala dan dinyatakan positif COVID-19 pada 22 November.

“Varian yang mencurigakan. Kami belum mengetahui apakah (varian) itu sangat berbahaya atau tidak,” katanya, dikutip dari Kantor Berita Antara.

Baca juga:  Seribuan Kasus COVID-19 Baru Dilaporkan Nasional

Varian baru COVID-19 yang pertama kali muncul di Afrika Selatan membunyikan alarm global. Uni Eropa dan Inggris termasuk negara yang memperketat perbatasan saat para ilmuwan sedang mencari tahu apakah mutasi varian itu resisten terhadap vaksin.

Laboratorium rujukan nasional Belgia mengungkapkan bahwa seseorang yang terinfeksi itu adalah perempuan dewasa muda yang mengalami gejala selama 11 hari usai kembali dari Mesir via Turki. Ia mengalami gejala seperti flu, tetapi sampai saat ini tidak ada tanda-tanda penyakit parah.

Baca juga:  Nasional Catat Tiga Ratusan Kasus COVID-19 Baru, Bali Masih 1 Digit Kasus

Tidak ada anggota keluarganya yang menunjukkan gejala, namun mereka semua menjalani pemeriksaan. Varian baru COVID-19 muncul ketika Belgia dan banyak negara Eropa lainnya tengah memerangi lonjakan infeksi.

Perdana Menteri Belgia Alexander De Croo mengumumkan bahwa kelab malam, bar dan restoran harus tutup pukul 11 malam waktu setempat selama tiga pekan mulai Sabtu, dengan satu meja tamu maksimal enam pengunjung.

Perihal meningkatnya tekanan terhadap layanan kesehatan, De Croo menambahkan, “apabila tingkat vaksinasi kami hari ini tidak tinggi, kami akan terjebak dalam situasi yang benar-benar ganas.”

Baca juga:  Penyebaran COVID-19 di Bali Sedang Tinggi, PPKM Darurat Dinilai Tepat

Belgia, yang menjadi markas NATO dan sejumlah lembaga Uni Eropa, melaporkan jumlah kasus per kapita tertinggi keenam di Eropa setelah negara-negara seperti Austria dan Slovakia yang melanjutkan penguncian. (kmb/balipost)

BAGIKAN