SINGARAJA, BALIPOST.com – Lembaga Penelitian Pengabdian Masyarakat (LPPM) Universitas Udayana (Unud) bersama Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM) Universitas Indonesia (UI) menggelar bakti sosial di posko pengungsian Gunung Agung di Desa Tembok, Kecamatan Tejakula. Mereka membagikan sejumlah bantuan sembako dan kebutuhan sehari-hari.

Selain itu, peserta bakti sosial ini juga memberikan motivasi terutama kepada anak-anak dan pengungsi lanjut usia (lansia) yang bertahan di tenda pengungsi. Ketua panitia bakti sosial, Ricky Septiawan mengatakan, bakti sosial bertajuk Peduli Gunung Agung itu digulirkan setelah pihaknya melakukan persiapan bersama LPPM Unud Denpasar.

Aksi ini digalang sebagai bentuk kepedulian dan rasa prihatin terhadap kejadian yang dialami ribuan pengungsi Gunung Agung. Untuk itu, pihaknya menyalurkan bantuan permakanan, pakaian, perlengkapan bayi dan balita, selimut dan barang lainnya.

Baca juga:  Pengembangan Infrastruktur Transportasi Perlu Perhatikan Dampak Negatif pada Lingkungan

Yang tidak kalah pentingnya dalam aksi ini, sejak Sabtu (30/9) dan Minggu (1/10) peserta bakti sosial berbaur dengan anak-anak di pengungsian. Selain pengungsi di Desa Tembok, hal yang sama juga dilakukan di penampungan pengungsi di Banjar Dinas Nyuhaya, Desa Gelgel, Kecamatan Klungkung. “Selama dua hari kami tinggal di pengungsian dan ini sebagai kepedulian dan kita bergabung dengan mereka (pengungsi-red) dan memang kondisi di pengungsian tidak senyaman tinggal di rumah tinggal sendiri. Dengan bantuan ini kita berharap bisa meringankan beban penderitaan pengungsi Gunung Agung,” katanya.

Baca juga:  Sejumlah Ortu Calon Mahasiswa Unud Keluhkan Pungutan Dormitory, Rektor Beri Penjelasan Ini

Menurut  Septiawan, alasan menyasar anak-anak sekolah ini, karena sejak tinggal di pengungsian, anak-anak ini hanya bisa duduk tanpa ada aktivitas yang berkaitan dengan usia anak itu sendiri. Kondisi mental seperti ini jika dibiarkan begitu saja, dikhawatirkan akan menganggu perilaku dan gangguan psikis anak-anak itu sendiri.

Selain itu, pengungsi yang masuk kategori lanjut usia (lansia) dilibatkan dalam Talk Therapy dan pendidikan terkait kesehatan ketika Gunung Agung mengalami erupsi. “Kebanyakan anak-anak masih duduk di bangku SD, SMP, dan SMA/SMK aktifitasnya terbatas dan hanya duduk saja. Kami prihatin dengan situasi ini, sehingga pendekatan untuk menguatkan mental dan bagaimana tetap bersemangat menjalani hidup, beban penderitaanya akan hilang perlahan,” tegasnya.

Baca juga:  Wagub Cok Ace: Semua RS di Bali Harus Terakreditasi di 2023

Di sisi lain Setiawan mengatakan, selama melancarkan bakti sosial, pihaknya menilai penanganan pengungsi oleh pemerintah bersama instansi terkait sudah maksimal. Terbukti, fasilitas di pengungsian sudah tersedia cukup, sehingga tidak ada pengungsi yang tidak terlayani.

Dia mencontohkan, pelayanan antar jemput siswa dari posko pengungsi ke sekolah terdekat ini satu pelayanan yang sangat baik. Ini penting karena walaupun sedang tinggal di pengungsian, hak anak-anak terhadap pendidikan tetap berjalan walau dengan keterbatasan perlengkapan sekolah. “Penanganan sudah sangat baik, cuma harapannya semua pengungsi harus diperlakukan sama dan mendapat pelayanan yang merata jangan sampai tumpang tindih,” jelasnya. (Mudiarta/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *