Pengungsi
Wakasek Kesiswaaan SMAN 1 Tabanan bersama dua siswi asal SMAN 2 Amlapura yang kini melanjutkan pendidikan SMAN 1 Tabanan. (BP/bit)

TABANAN, BALIPOST.com – Kalau sebelumnya banyak siswa pengungsi yang mulai melanjutkan pendidikannya di sejumlah sekolah terdekat dengan lokasi pengungsian/rumah kerabatnya, ada pula dua orang guru yang juga ikut numpang mengajar di SMAN 1 Tabanan.

Mereka mengajar mata pelajaran matematika dan bahasa inggris. Kedua guru ini sebelumnya adalah guru negeri di SMAN 2 Amlapura, Karangasem yang lokasinya memang terdampak terhadap lahar dingin jika Gunung Agung meletus.

Kepala SMAN 1 Tabanan, I Made Jiwa saat dikonfirmasi membenarkan hal tersebut. Dikatakan, kedua guru negeri tersebut sudah mulai melakukan aktivitas mengajar selama sepekan. “Benar ada dua guru yang mengajar di SMAN 1 Tabanan, surat tugas juga sudah ada di sekolah,” ucapnya yang mengatakan saat itu tengah rapat di Propinsi.

Untuk daftar kehadiran dua orang guru ini, SMAN 1 Tabanan juga membuat daftar hadir khusus sehingga mudah dalam pendataan jam mengajar. Tidak hanya menerima dua guru yang diperbantukan mengajar, SMAN 1 Tabanan juga menerima tujuh siswa pengungsian Gunung Agung, enam diantaranya berasal dari SMAN 2 Amlapura dan satu siswa dari SMAN 1 Amlapura. “Tujuh siswa ini berhak mendapatkan hak pendidikan walaupun tinggal di rumah kerabatnya,”jelasnya.

Baca juga:  Melonjak, Ekspor Bali ke UEA

Sementara itu Ida Ayu Puspitha Pradnya Hapsari Oka (17) dan Ni Komang Triana Mahayani (17), dua siswi asal SMA Negeri 2 Amplapura ini mengaku awalnya merasa canggung saat harus melanjutkan pendidikannya di SMAN 1 Tabanan. Wajar saja, ia bersama lima siswa lainnya harus mulai beradaptasi dengan suasana baru akibat ikut mengungsi keluarganya dirumah kerabatnya di wilayah Tabanan. Namun dengan dukungan para guru dan siswa setempat, kedua pelajar ini pelan tapi pasti terus berupaya mengimbangi mata pelajaran yang mereka dapatkan. Apalagi menurut pengakuan mereka, mata pelajaran yang mereka dapatkan di sekolah asal jauh tertinggal dengan pelajaran yang harus mereka ikuti di SMAN 1 Tabanan.

Baca juga:  Dari Cucu Raja di Denpasar Ditangkap hingga Lonjakan Korban Jiwa COVID-19 Terjadi di Bali

“Mau tidak mau kami harus melanjutkan pendidikan, bahkan dari pihak sekolah disini menyarankan jika kami mengalami kesulitan, datang langsung ke guru terkait di jam-jam kosong,”jelasnya, ditemui saat jam istirahat.

Disisi lain, Kadisnakertrans, I Putu Santika mengatakan pihaknya telah melakukan koordinasi dengan masing-masing camat untuk melakukan pendataan pengungsi dilengkapi dengan keahlian atau skill yang mereka miliki. Hal ini dilakukan menindaklanjuti instruksi Bupati Tabanana Ni Putu Eka Wiryastuti untuk memberdayakan para pengungsi produktif agar tidak berdiam diri di posko pengungsian. “Kemarin selesai rapat di propinsi dihimbau untuk melakukan pendataan ulang lengkap dengan profesinya, jadi kami masih menunggu data valid di tiap tiap kecamatan untuk bisa ditindaklanjuti,” jelasnya.

Baca juga:  Volume Magma di Permukaan Kawah Gunung Agung Makin Signifikan

Misalnya saja jika ada pengungsi yang berprofesi sebagai guru ataupun tenaga medis bisa diperbantukan ke sekolah terdekat dan pusat layanan kesehatan dekat dengan lokasi pengungsian. Begitupula bagi mereka yang memiliki profesi tukang, pihak Pemkab akan menggandeng kontraktor untuk bisa menempatkan mereka, begitu pula sektor pertanian bisa ditempatkan pada wilayah pertanian terdekat.

“Saya lihat banyak dari pengungsi mandiri ini sudah mencari pekerjaan sendiri, misal di marga sudah ada yang bekerja sebagai tukang ukir, apalagi disana memang gudangnya seni ukir,”pungkasnya. (puspawati/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *