Untuk menghilangkan kesan angker, Desa Adat Sala menata setra. (BP/Istimewa)

BANGLI, BALIPOST.com – Setra atau kuburan selama ini identik dengan kesan kumuh dan angker. Namun tidak demikian dengan setra di Desa Adat Sala, Kecamatan Susut. Oleh desa adat setempat, setra ditata seperti taman dan dinamai taman setra. Penataan setra di Desa Adat Sala sudah dilakukan sejak beberapa tahun lalu. Di taman setra tersebut terdapat puluhan petak kuburan yang posisinya berjejer rapi. Setra dihiasi dengan tanaman bunga sehingga terlihat asri.

Bendesa Adat Sala I Wayan Subagia mengatakan, setra adalah rumah masa depan sehingga perlu ditata sedemikian rupa. Penataan terhadap setra dilakukan Desa Adat Sala untuk menghilangkan kesan kumuh dan angker. “Dengan ditata masyarakat tidak takut untuk ke setra,” ujarnya.

Baca juga:  Batita Asal Prancis Meninggal di Kolam Renang Vila

Disebutkan Subagia, jumlah petak kuburan yang ada di taman setra sebanyak 42 petak. Namun sekarang jumlahnya hanya 39 petak. Sebanyak 18 petak diantaranya untuk mendem dan sebanyak 21 untuk makingsan di geni. Menurutnya jumlah itu masih bisa ditambah tergantung situasi. Karena masih terdapat lahan luas di belakang.

Selama ini upacara ngaben di Desa Adat Sala rutin digelar. Dalam kurun waktu paling lambat lima tahun sekali dan paling cepat tahun tahun sekali. “Untuk merawat dan menjaga kebersihan setra di Desa Adat Sala selama ini, kami mengalokasikan anggaran. Kami memanfaatkan dana yang dikucurkan pemerintah Provinsi Bali kepada desa adat,” ujarnya.

Baca juga:  PHDI Pusat Resmikan Gedung Baru, Diharap Bisa Tingkatkan Etos Kerja Membangun SDM Hindu

Sepengetahuan pria yang baru beberapa bulan ngayah sebagai bendesa itu, pada tahun 2020 lalu dialokasikan dana Rp 7 juta untuk penataan setra. Pada Tahun 2022 pihaknya juga merencanakan untuk mengalokasikan anggaran Rp 6 juta.

Pihaknya mengatakan dana yang diberikan pemerintah provinsi Bali sangat membantu desa adat dalam melaksanakan kegiatan. “Sangat-sangat membantu, kami di desa adat dalam melaksanakan kegiatan baik parahyangan, palemahan, maupun pawongan,” jelasnya. (Dayu Swasrina/balipost)

Baca juga:  Desa Adat Banjarangkan Gelar Upacara “Nangluk Merana”
BAGIKAN