NEGARA, BALIPOST.com – Angka kasus stunting di Provinsi Bali pada tahun ini masih di bawah batas nasional yang besarnya mencapai 20 persen. Namun, Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Bali dr Ni Luh Gede Sukardiasih, Kamis (16/12), meminta agar seluruh pihak tidak boleh lengah.
Ia mengungkapkan saat ini angka kasus stunting di Bali berkisar di 14 persen. Rendahnya angka stunting, katanya, merupakan indikator terbangunnya keluarga berkualitas.
Sukardiasih di sela-sela penyerahan penghargaan untuk Kodim 1617/Jembrana sebagai mitra terbaik dalam mendukung pelayanan KB, mengungkapkan perkembangan kependudukan di Bali sudah seimbang atau stabil. “Merata di seluruh Bali, sekarang fokus kita bagaimana penduduk seimbang ini bisa berkualitas. Salah satunya dengan menurunkan angka stunting,” ujarnya.
Dan berdasarkan grafik dari tahun ke tahun, angka stunting di Bali terus menurun hingga angka terakhir 14 persen. Khusus di Kabupaten Jembrana untuk angka stunting berada di tengah di antara kabupaten/kota yang lain. “Paling tinggi di Bangli dan terendah di Kota Denpasar. Meskipun angka stunting kita paling rendah secara nasional, kita tidak boleh lengah,” tambahnya.
Sasaran pemerintah saat ini bagaimana membentuk keluarga berkualitas. Tidak ada larangan dua anak cukup atau laki perempuan sama saja. Indikator keluarga berkualitas dan berencana, jelasnya, usia kawin perempuan 21 tahun dan laki laki 26 tahun. Jarak kelahiran antara satu anak dengan lain 4 tahun, dan batas usia ibu melahirkan 35 tahun.
Ini yang saat ini digenjot dan Kodim 1617/Jembrana sebagai mitra kerja dinilai terbaik dalam mendukung program pelayanan KB dan Kesehatan reproduksi. Dandim 1617/Jembrana, Letkol Inf Hasrifuddin Haruna yang menerima langsung penghargaan itu menyatakan akan terus berupaya mendukung program BKKBN ini. Khususnya di Kabupaten Jembrana, dan penghargaan yang sudah diperoleh dua kali berturut-turut ini sebagai penyemangat jajarannya dalam upaya mendukung pelayanan KB ini. (Surya Dharma/balipost)