Sejumlah wisatawan domestik sedang berada di Pantai Kuta, Badung, Bali. Di akhir tahun ini, jumlah pengunjung ke Kuta mengalami peningkatan seiring dibukanya obyek wisata di tengah melandainya kasus COVID-19. (BP/Hendri Febriyanto)

JAKARTA, BALIPOST.com – Menjelang liburan Natal dan Tahun Baru (Nataru), mobilitas masyarakat mulai meningkat di tanah air. Masyarakat yang berlibur diminta menjadi wisatawan yang tanggung jawab dan bijak memilih destinasi wisata, terlebih Omicron sudah masuk ke Indonesia. Demikian mengemuka dalam dialog “Sambut Tahun Baru dengan Liburan Gaya Baru dari Media Center Forum Merdeka Barat 9 (FMB9)-KPCPEN, Kamis (16/12).

Menurut Staf Ahli Bidang Manajemen Krisis Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Henky Manurung, masyarakat maupun pelaku usaha harus selalu berhati-hati dan tidak abai, karena pandemi belum selesai. “Kita harapkan, traveller nusantara yang bergerak pada Nataru ini adalah wisatawan yang bertanggung jawab,” katanya, dalam rilis yang diterima.

Dijelaskannya, bertanggung jawab dalam hal ini adalah penerapan protokol kesehatan (prokes) 3M dan taat menggunakan PeduliLindungi yang juga penting untuk memantau kepadatan sebuah destinasi wisata.

Baca juga:  Dinkes DKI Jakarta Temukan Enam Kasus Varian Omicron

Guna menghindari penumpukan wisatawan, Henky meminta masyarakat untuk bijak memilih destinasi wisata. Saat ini sudah ada destinasi prioritas di seluruh Indonesia seperti Danau Toba, Lombok, Belitung, Labuan Bajo, Menado, dan sebagainya. “Saatnya kita nikmati Indonesia. Dengan berkunjung ke daerah tersebut juga kita yakini, akan terjadi pertumbuhan ekonomi,” tuturnya.

Hal serupa juga diharapkan pada pelaku usaha, jangan sampai lalai. Untuk itu, pihaknya memberikan
dukungan penuh terhadap sertifikasi CHSE (Cleanliness, Health, Safety, Environment Sustainability) yang berperan besar mendorong kepercayaan masyarakat maupun pelaku usaha.
“Yang dilindungi bukan hanya wisatawan, melainkan juga pekerja dan pelaku usaha kita harapkan
aman,” tegas Henky.

Baca juga:  Dilihat dari Tingginya Kasus COVID-19, Bali Bisa Naik ke PPKM Level 4

Koordinasi dengan berbagai pihak, ujarnya, dilakukan untuk memperketat pengawasan di destinasi wisata, termasuk pemberlakuan teguran atau sanksi bagi pengelola bila terdapat pelanggaran. “Target untuk Nataru cuma satu, orang berwisata dengan aman, bisa berwisata tapi tidak lupa prokes, dan menjadi wisatawan yang bertanggung jawab,” tandas Henky.

Hal serupa juga ditegaskan oleh Ketua Bidang Perubahan Perilaku Satgas COVID-19, Sonny Harry
Harmadi. “Pertama, harus hindari kerumunan,” kata Sonny.

Aturan yang ada, seperti pembatasan kapasitas, larangan pesta dan arak-arakan tahun baru, kata
Sonny, adalah untuk mencegah terjadinya kerumunan.
Kemudian, skrining PeduliLindungi di mana hanya kategori hijau yang boleh masuk, serta persyaratan
perjalanan, ujarnya, adalah untuk membatasi masyarakat dalam hal bermobilitas.

Baca juga:  Cegah Omicron, Kebijakan Pengetatan Perjalanan Internasional Berbasis Data

“Mohon masyarakat memahami, semua aturan diberlakukan untuk melindungi msyarakat agar tidak
terjadi lonjakan kasus. Apalagi Omicron sudah ditemukan di Indonesia,” papar Sonny.

Terkait varian baru tersebut, ia menjelaskan bahwa seperti virus SARS-CoV-2 lainnya, penanggulangannya sama. Yakni percepatan vaksinasi, karena terbukti efektif mengurangi angka kesakitan dan kematian. Kemudian, kepatuhan prokes, mendorong upaya deteksi, dan membatasi mobilitas.

Menyoroti penurunan kepatuhan prokes pada November dan awal Desember, Sonny mengingatkan,
“Kalau kepatuhan prokes turun, mobilitas naik, ada varian baru yang lebih menular, maka kita akan
punya potensi atau risiko lonjakan kasus.” (kmb/balipost)

BAGIKAN