BANGLI, BALIPOST.com – Harga cabai rawit naik. Di tingkat petani harga cabai rawit kini berkisar Rp 70-75 ribu per kilogram. Cuaca ekstrem dan mahalnya pupuk disebut menjadi penyebab harga bumbu dapur itu mengalami kenaikan.
Salah seorang petani cabai di Kintamani I Wayan Merta mengatakan kenaikan harga cabai terjadi bertahap sejak seminggu terakhir. Sebelumnya harga cabai rawit di tingkat petani hanya Rp 20-30 ribu. “Sekarang Rp 70-75 ribu untuk yang kualitas super. Kalau harga di pasar sekitar Rp 80 ribu,” ujarnya, Selasa (21/12).
Kenaikan harga ini, menurutnya terjadi karena dampak cuaca ekstrem. Banyak petani mengalami gagal panen. Disamping itu kenaikan harga juga dipengaruhi karena biaya produksi petani yang meningkat.
Kata Merta petani cabai kini harus mengeluarkan biaya produksi lebih banyak karena harga pupuk naik hingga 53 persen. Pupuk non organik yang biasanya dibeli Rp 410-440 ribu kini naik menjadi Rp 820 ribu sejak beberapa hari lalu. Demikian juga pupuk organik naik 32 persen. “Termasuk obat-obatan seperti fungisida dan insektisida jug naik,” jelasnya.
Di tengah cuaca seperti sekarang untuk menjaga tanaman cabainya bisa berproduksi dengan baik, ia mengaku harus rajin merawat dengan melakukan penyemprotan obat-obatan. Penyemprotan bisa dilakukan tiap 3 hari sekali. Sebab jika tidak, rawan terkena penyakit seperti antrak dan gugur buah. “Karena cuaca seperti sekarang tanamannya jadi rentan penyakit,” ujarnya.
Selain cabai, Merta mengatakan harga sayuran juga mengalami kenaikan. Kol misalnya naik dari sebelumnya Rp 1500-2000 per kilogram kini Rp 4 ribu per kilogram. Demikian juga bawang merah kini berkisar Rp 18-20 ribu dari sebelumnya hanya Rp 12 ribu.
Di sisi lain ia juga mengaku sedang menyiapkan tanaman cabai dan sayuran untuk bisa dipanen beberapa bulan kedepan saat ada event internasional di Bali. (Dayu Rina/Balipost)