DENPASAR, BALIPOST.com – Bidang seni dan budaya yang bersinergi dengan adat, agama dan tradisi, telah menjadi salah satu program prioritas pembangunan Bali tahun 2018-2023. Bahkan paradigma baru pembangunan Bali menjadikan kebudayaan sebagai hulu, karena dengan membangun budaya akan berdampak sistemik terhadap bidang lainnya.
Rektor Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar, Prof. Dr. Wayan “Kun” Adnyana mengatakan, program pemajuan adat, tradisi, seni dan budaya pada tahun ketiga kepemimpinan Gubernur Bali Wayan Koster, telah menjangkau hulu-hilir penguatan dan pemajuan kebudayaan Bali. Pada hulu telah ditetapkan Perda Provinsi Bali No. 4 Tahun 2019, termasuk kemudian Perda Provinsi Bali Nomor 4 Tahun 2020 tentang Penguatan dan Pemajuan Kebudayaan Bali.
Melalui payung dua Perda ini, akselerasi penguatan dan pemajuan kebudayaan Bali semakin progresif, baik terkait perlindungan, pengembangan, maupun pembinaannya. Wahana apresiasi juga semakin beragam, dari Pesta Kesenian Bali (PKB), Jantra Tradisi Bali, hingga Festival Seni Bali Jani (FSBJ).
Sementara itu budayawan yang juga akademisi Universitas Warmadewa (Unwar), Dr. Drs. A.A. Gede Raka, M.Si., mengatakan suatu hal yang menarik periode kepemimpinan Gubernur Koster dan Wakil Gubernur Cok Ace (2018-2023) adalah menjadikan budaya sebagai hulu dalam membangun Bali. Upaya pemuliaan budaya sebagai sumber inspirasi membangun Bali merupakan suatu hal yang wajar. Karena nama besar Bali di dunia internasional tidak terlepas dari nilai luhur (adiluhung) warisan budaya yang ditinggalkan para leluhur dan sampai kepada kita saat ini.
Prof. Kun Adnyana dan Gede Raka sepakat bahwa kebudayaan Bali yang sangat beragam dan kompleks tanpa disadari dapat membangun sebuah sinergi dan terintegrasi menjadi satu kesatuan yang utuh. Fenomena tersebut tampak pada bidang seni budaya yang berintegrasi secara sistemik dengan adat-istiadat, tradisi, dan tata cara upacara keagamaan yang ditopang oleh berbagai organisasi sosial dalam bingkai desa adat. Gejala seperti ini tampak ketika pelaksanaan upacara keagamaan pada parhyangan tingkat dusun hingga kahyangan jagat.
Tak Hentikan Kreativitas
Pandemi Covid-19 yang membuat manusia harus menjaga jarak, pada awalnya membuat seniman seni tradisi Bali yang identik dengan pertunjukan dan keramaian nyaris berhenti berkreativitas. Bahkan event Pesta Kesenian Bali 2020, terpaksa harus ditunda. Namun seiring waktu, elan kreatif seniman Bali tidak mampu ditundukkan oleh pandemi. Terbukti dengan kemampuan untuk memanfaatkan ruang dan waktu serta teknologi.
Adnyana mengatakan, pelaksanaan PKB XLIII Tahun 2021 telah menjadi ajang pembuktian bahwa kreativitas, inovasi dan jiwa semangat para seniman Bali masih sangat tinggi di masa pandemi Covid-19. Hal ini dibuktikan dari karya-karya seni yang dihasilkan rata-rata sangat menarik.
“Jadi, karya seni virtual pun bisa mataksu. Artinya, kreativitas seni dengan teknologi adalah hal yang memang menjadi perhatian bersama seluruh seniman Bali, karena dunia berada di titik itu sekarang,” ujar mantan Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi Bali ini.
Untuk itu, semua para seniman di Bali diajak untuk bisa mendekatkan diri dengan teknologi, sehingga mampu menghasilkan karya seni virtual mataksu. Karena melalui seni virtual, karya kreativitas seni Bali akan semakin diapresiasi oleh masyarakat dunia.
Raka sepakat bahwa pandemi Covid-19 tak menghentikan kegiatan seni budaya di Bali. “Pandemi Covid-19 yang mewabah di dunia dan khususnya Bali, berarti tidak harus menghentikan kegiatan seni budaya. Bila hal itu yang terjadi, akan berakibat fatal terhadap upaya penguatan dan pemajuan kebudayaan Bali. Namun sudah merupakan kebijakan yang tepat diambil oleh Gubernur Bali untuk tetap menyelenggarakan PKB sebagai event tahunan dalam menggali, mengembangkan, membina, dan melestarikan seni budaya. Walaupun secara kuantitas tidak dapat dilaksanakan sebagaimana ketika waktu normal, namun secara kualitas tetap dapat dipertahankan,” tandas A.A. Gede Raka. (win)