DENPASAR, BALIPOST.com – Gubernur Bali, Made Mangku Pastika mengadakan pertemuan dengan 33 konsulat jenderal dan honorary consul dari berbagai negara pada Rabu (4/10). Dalam pertemuan tersebut, pihaknya menjelaskan situasi terakhir dan berbagai kemungkinan yang terjadi serta memastikan Bali masih aman.

Situasi terakhir Gunung Agung masih berstatus awas, namun aktivitas gunung telah menurun. “Seandainya pun terjadi letusan, manajemen pengendalian bencana kita telah lakukan dengan sebaik-baiknya,” tegasnya.

Ia memastikan tidak akan ada korban karena area 12 km dari Gunung Agung telah dikosongkan. Selain itu, pemerintah Bali telah memasang alat canggih yang dapat mendeteksi dini jika terjadi erupsi. “Ada lima negara yang memberikan travel warning untuk masyarakatnya yang akan datang ke Bali, tapi bukan berarti travel ban lho. Artinya, kalau datang ke Bali hati-hati. Tadi saya sampaikan supaya diangkat saja. Mereka kelihatannya setuju dan mereka tidak ada pertanyaan,” ucapnya.

Baca juga:  Antisipasi Gelombang Ketiga, Pemerintah Kebut Vaksinasi dan Pasok Obat-obatan COVID-19

Jika airport tutup karena erupsi gunung Agung, ia memprediksi terdapat 5.000 penumpang yang tidak bisa berangkat. Maka dari itu akan berdampak pada visa jika menyangkut warga negara asing.

Untuk itu pihaknya akan mengurus visa dan akomodasi. Kalaupun terdesak harus berangkat, warga negara asing tersebut akan diterbangkan melalui Surabaya atau Lombok. “Kita siapkan transportnya, kita urus tiketnya,” tegasnya.

Pihaknya berharap dengan penjelasan yang dilakukan pada hari itu, para wisman tidak jadi menunda atau membatalkan kedatangannya ke Bali.

Honorary Consul New Zealand, Indy Siddik mengatakan, asuransi dan negara manapun tidak ada yang akan memberikan jaminan force majeur. Sehingga pihaknya mengimbau warga negaranya, kalaupun datang ke Bali akan menjadi risiko sendiri.

Baca juga:  Gunung Agung Mulai Hujan Abu, Penerbangan Masih Normal

Meskipun demikian, wisatawan New Zealand tetap datang. Bahkan 700 orang hari ini dikatakan datang, baik untuk berbisnis atau berwisata.

Dengan kondisi Gunung Agung seperti ini, diakui tidak terjadi penurunan kunjungan wisatawan dari New Zealand. Hal itu, menurutnya, karena New Zealand memiliki banyak gunung berapi sehingga warganya sudah terbiasa. “Biasanya tiga kali seminggu Air New Zealand membawa 750 orang,” ungkapnya.

Berbeda halnya dengan Honorary Consul Denmark, IA Ratna Sutamaya yang sibuk menjawab pertanyaan warga negara Denmark yang akan berkunjung ke Bali ataupun bekerja di Bali dan Indonesia. “Denmark negara kecil hanya 6 juta jiwa. Sehingga yang datang ke Indonesia atau ke Bali tidak terlalu besar bahkan ribuan pun tidak. Mungkin hari ini ada 300-an masih ada di Indonesia. Ada yang bekerja di Medan, Jakarta,” ujarnya.

Baca juga:  Badan Usaha Pelabuhan Segera Dibentuk di Tanah Ampo

Telah terjadi penurunan kunjungan dari Denmark, karena sebelum terjadi peningkatan status Awas, warga negara Denmark yang datang lebih dari 300. Penurunannya pun mencapai 30-40 persen. “Mereka mulai cancel dan ada juga yang postponing (menunda). Biasanya, warga negara Denmark jarang yang datang bergrup, biasanya secara individu. Cuma kita tidak bisa memberikan jaminan, pasti aman,” tegasnya.

Warga negara Denmark dikatakan bukanlah tipe yang mudah ditenangkan karena Denmark tidak memiliki gunung berapi. Ia pun sulit menjawab pertanyaan-pertanyaan kapan gunung Agung meletus dan seberapa berbahayanya.

Namun ia hanya bisa menenangkan dengan menjelaskan bahwa Pemerintah Bali telah menyiapkan antisipasinya, termasuk memberikan nomor pribadi yang bisa dihubungi terkait Gunung Agung. (Citta Maya/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *