DENPASAR, BALIPOST.com – Meski pandemi telah melanda lebih dari 1,5 tahun, semangat dan jiwa berkreativitas tidak boleh padam. Putu Marmar Herayukti (39) seniman instalasi, undagi ogoh-ogoh serta seniman tato terus membara mengobarkan semangat kreativitasnya di tengah pandemi.
Karyanya yang cukup terkenal adalah ogoh-ogoh Paksi Ireng dan Taru Pule yang menggunakan bahan ramah lingkungan, anyaman dari bahan bambu. Ia juga kreator patung Ratu Mas Melanting yang menjadi salah satu ikon Pasar Badung saat ini.
Pemuda asal Banjar Gemeh ini juga mempopulerkan ogoh-ogoh tanpa styrofoam (gabus sintetis). Kesadaran akan bahaya bagi kesehatan dan lingkungan membuat Marmar kembali back to nature, menggunakan bambu yang dianyam.
Pada tahun 2012 – 2014 ia mulai belajar tentang gabus sintetis. Ia mencari tahu tentang kandungan dan bahayanya yang dapat memicu kanker serta menjadi sampah abadi sehingga tidak boleh masuk ke badan. Jika gabus sintetis diaplikasikan 100 persem pada ogoh-ogoh ditambah penggunaannya rutin setiap tahun, akan sangat banyak zat berbahaya di muka bumi ini. “Saya tidak ingin ogoh-ogoh yang merupakan jembatan budaya berdampak buruk bagi lingkungan dan manusia Bali. Saya mulai dekati teman-teman untuk beralih ke bahan alam. Tapi banyak yang bilang mengganti styrofoam mematikan kreativitas,” tuturnya.
Hal itu bahkan dilontarkan teman-teman dekatnya yang mulanya menolak beralih dari gabus sintetis. Pasalnya, bahannya sangat mudah dibentuk dan ringan. Ia mulai edukasi, bahwa kreativitas muncul dari bahan-bahan yang dengan kreatif diolah, bahkan akan mampu tercipta hal-hal yang luar biasa.
Ia berupaya menjalin kembali budaya penggunaan bahan dari bambu kemudian dibuat anyaman. Anyaman tersebut merupakan warisan leluhur yang kembali diperkenalkan ke generasi baru. Bukan hanya menerima penggunaan bambu sebagai bahan membuat ogoh-ogoh, ia pun mempelajari filosofi bambu dan manfaatnya.
Seniman tidak hanya kreatif menciptakan karya tapi juga mampu berdampak pada orang-orang di sekitarnya. Begitulah Marmar. Ia berupaya membangkitkan semangat generasi muda untuk bangkit dari pandemi, termasuk mengajak generasi muda memperjuangkan pawai ogoh-ogoh 2022. “Tahun 2022 pawai harus ada karena ada nilai tradisi yang harus harus dijunjung,” ungkapnya. (Citta Maya/balipost)