DENPASAR, BALIPOST.com – Manggala Agung Pasikian Pecalang Bali, I Made Mudra, mengucapkan terima kasih kepada Gubernur Bali, Wayan Koster yang telah mengeluarkan surat terkait Penegasan Pembuatan dan Pawai Ogoh–ogoh dalam rangka menyambut hari suci Nyepi Tahun Baru Çaka 1944 dengan menunjukkan langsung surat tersebut kepada Bupati/Wali Kota se-Bali. “Karena dalam surat tersebut berisi keamanan, maka kami selaku pecalang sangat siap memberikan pengamanan, apabila nantinya ada yowana/generasi muda di suatu desa adat hingga di tingkat kabupaten/kota se-Bali melakukan kegiatan pawai atau lomba,” kata Made Mudra, Minggu (9/1).
Made Mudra juga menyebut, bahwa Gubernur Bali sudah berpikir bijaksana di masa pandemi ini dengan memberikan ruang kreativitas kepada generasi muda untuk berkesenian dengan membuat ogoh-ogoh, meskipun ogoh-ogoh ini baru berkembang sejak tahun 1976 dan telah menjadi perayaan budaya jelang Hari Suci Nyepi. “Atas hal ini, kami di Pasikian Pecalang Bali tetap mengajak para generasi muda atau yowana untuk ikut berwaspada selama berkegiatan ogoh-ogoh dengan cara menerapkan protokol kesehatan. Hal ini kami tekankan agar kita semua bisa menekan Covid-19, dan jangan sampai menimbulkan klaster baru. Pandemi ini belum usai, meskipun kondisi sudah melandai,” tambahnya.
Agar pembuatan dan pawai ogoh–ogoh dalam rangka menyambut hari suci Nyepi Tahun Baru Çaka 1944 ini berjalan dengan aman di setiap desa adat di Bali, kata I Made Mudra, pihaknya pada tanggal 11 Januari 2022 akan melakukan koordinasi dengan Pasikian Yowana Kabupaten/Kota se-Bali. “Dalam koordinasi tersebut, kami akan menekankan Yowana untuk betul – betul terlibat bersama menjaga ketertiban dan keamanan, serta mengantisipasi penyebaran Covid-19, dengan harapan yowana ikut berperan mensosialisasikan surat tersebut kepada yowana di setiap desa adat,” tutupnya.
Surat Pembuatan Ogoh–ogoh Gubernur Bali diapresiasi para yowana karena dianggap sebagai obat kerinduan berkesenian. Yowana memberikan apresiasi sekaligus menyambut hangat surat Gubernur Bali, Wayan Koster perihal Penegasan Pembuatan dan Pawai Ogoh–ogoh dalam rangka menyambut hari suci Nyepi Tahun Baru Çaka 1944 yang salah satu isinya menyebut Pemerintah Provinsi Bali sangat mengapresiasi kreativitas seni generasi muda Bali dalam pembuatan Ogoh-Ogoh sebagai bentuk tradisi yang berlangsung saat Hari Pangrupukan.
“Surat Bapak Gubernur seperti obat, karena semenjak pandemi Covid-19 yang berlangsung sudah 2 tahun ini membuat ajang kreatifitas yowana dalam pembuatan Ogoh–ogoh sempat ditiadakan, namun sekarang keluar kebijakan yang mengapresiasi kreativitas seni generasi muda dari Bapak Gubernur Bali, maka Bapak Gubernur telah menjawab kerinduan kami untuk berkreasi kembali membuat Ogoh–ogoh sebagai upaya pelestarian seni dan budaya Bali,” tegas Manggala Pasikian Yowana Kabupaten Gianyar, Pande Made Widia.
Seniman muda dari Desa Tegalalang, Kabupaten Gianyar ini kemudian mengajak kepada seluruh yowana di desa adat (yang membuat ogoh–ogoh, red) agar membuat ogoh-ogoh yang ramah lingkungan dan memiliki nilai-nilai kebudayaan Bali. “Momentum yang baik ini, harus Kita manfaatkan sebaik mungkin, dimana pembuatan ogoh–ogoh harus dimaknai sebagai aksi bergotong royong dalam berkesenian antar sesama yowana, sekaligus mengkampanyekan kepada publik bahwa ogoh–ogoh yang dibuat sejalan dengan semangat Peraturan Gubernur Bali Nomor 97 Tahun 2018 tentang Pembatasan Timbulan Sampah Plastik Sekali Pakai, yakni melalui ogoh–ogoh yang ramah lingkungan,” tegas yowana yang aktif di komunitas bersih-bersih lingkungan di Tegalalang ini.
Dia menambahkan sudah saatnya kita berkreativitas membuat ogoh–ogoh tanpa menyakiti alam semesta dengan cara menjaga lingkungan. Lebih lanjut, Manggala Pasikian Yowana Kabupaten Gianyar yang memiliki Sanggar Seni Brahma Manu Wisesa ini mengajak para yowana di desa adat untuk ikut serta menjalankan amanat pemerintah pusat yakni tetap disiplin menerapkan protokol kesehatan Covid-19 di dalam pelaksanaan pawai ogoh–ogoh, sehingga pawai ini jangan sampai menambah kasus Covid-19 di Bali. ”Saat ini pandemi sudah melandai,” jelasnya seraya menyatakan sudah saatnya kita sebagai generasi muda hadir membantu negara menangani pandemi, apalagi Pulau Bali mendapatkan kepercayaan besar sebagai tuan rumah KTT G-20 di Tahun 2022 ini. ”Jadi sudah saatnya Kita ikut menekan laju Covid-19 di Pulau Bali,” tegasnya.
Apresiasi Kreativitas Yowana
Rektor Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar, Prof. Dr. I Wayan “Kun” Adnyana mengungkapkan terbitnya surat Gubernur Bali tentang Penegasan Pembuatan dan Pawai Ogoh–ogoh dalam rangka menyambut Hari Suci Nyepi Tahun Baru Saka 1944 dan Surat Edaran Majelis Desa Adat (MDA) Provinisi Bali tentang Pembuatan dan Pawai Ogoh–ogoh menyambut hari suci Nyepi Tahun Baru Çaka 1944, pada prinsipnya merupakan apresiasi Gubernur Bali dan lembaga desa adat se-Bali terhadap kreativitas Yowana (generasi muda, red) di Bali terkait pembuatan karya ogoh-ogoh.
“Pembuatan ogoh–ogoh serangkaian hari suci Nyepi, kita ketahui bersama merupakan tradisi tahunan di setiap desa adat se-Bali. Jadi hal ini merupakan respon positif dari Gubernur Bali dan MDA untuk senantiasa mengapresiasi kreativitas pembuatan ogoh-ogoh, terutama dari segi bahan dan material yang tidak menggunakan styrofoam dan plastik. Tapi lebih mengutamakan kreativitas dengan menggunakan material ramah lingkungan, atau bahkan dapat menggunakan bahan-bahan alam, seperti ijuk, kerangka bambu, daun-daun kering, dan lain-lainnya,” jelas Rektor ISI Denpasar, Kun Adnyana.
Lebih lanjut, dia menyebut di dalam pembuatan ogoh–ogoh kalangan Yowana Bali dinilainya sangat kreatif, termasuk dalam memilih subjek karya ogoh-ogoh, hingga bentuk yang terkadang memakai metode rakit dengan paduan teknologi kinestetik berupa gerakan-gerakan unik. “Kreativitas seperti ini tentu positif, terlebih mendapat pelindungan dari Gubernur Bali dan juga MDA,” katanya.
Meskipun mendapatkan pelindungan, namun Rektor ISI Denpasar ini meminta seluruh stakeholder (Bandesa Adat bersama prajuru yang terkait, termasuk Satgas Covid-19, red) khususnya para Yowana Desa Adat di Bali untuk memberi atensi terkait pawai atau pengarakan ogoh–ogoh melalui upaya-upaya pengendalian Covid-19 di setiap wewidangan desa adat.
Mudra mengajak generasi muda tetap waspada., “Atas hal ini, kami di Pasikian Pecalang Bali tetap mengajak para generasi muda atau yowana untuk ikut berwaspada selama berkegiatan ogoh-ogoh dengan cara menerapkan protokol kesehatan. Hal ini kami tekankan agar kita semua bisa menekan Covid-19, dan jangan sampai menimbulkan klaster baru. Pandemi ini belum usai, meskipun kondisi sudah melandai,” tambahnya.
Agar pembuatan dan pawai ogoh–ogoh dalam rangka menyambut hari suci Nyepi Tahun
Baru Çaka 1944 ini berjalan dengan aman di setiap desa adat di Bali, kata I Made Mudra, pihaknya pada tanggal 11 Januari 2022 akan melakukan koordinasi dengan Pasikian Yowana
Kabupaten/Kota se-Bali. “Dalam koordinasi tersebut, kami akan menekankan Yowana untuk
betul – betul terlibat bersama menjaga ketertiban dan keamanan, serta mengantisipasi
penyebaran Covid-19, dengan harapan yowana ikut berperan mensosialisasikan surat tersebut kepada yowana di setiap desa adat,” tutupnya.
Surat Pembuatan Ogoh-ogoh Gubernur Bali diapresiasi para yowana karena dianggap
sebagai obat kerinduan berkesenian. Yowana memberikan apresiasi sekaligus menyambut
hangat surat Gubernur Bali, Wayan Koster perihal Penegasan Pembuatan dan Pawai
Ogoh–ogoh dalam rangka menyambut hari suci Nyepi Tahun Baru Çaka 1944 yang salah satu
isinya menyebut Pemerintah Provinsi Bali sangat mengapresiasi kreativitas seni generasi
muda Bali dalam pembuatan Ogoh-Ogoh sebagai bentuk tradisi yang berlangsung saat Hari
Pangrupukan.
“Surat Bapak Gubernur seperti obat, karena semenjak pandemi Covid-19 yang berlangsung
sudah 2 tahun ini membuat ajang kreatifitas yowana dalam pembuatan Ogoh–ogoh sempat
ditiadakan, namun sekarang keluar kebijakan yang mengapresiasi kreativitas seni generasi
muda dari Bapak Gubernur Bali, maka Bapak Gubernur telah menjawab kerinduan kami
untuk berkreasi kembali membuat Ogoh–ogoh sebagai upaya pelestarian seni dan budaya
Bali,” tegas Manggala Pasikian Yowana Kabupaten Gianyar, Pande Made Widia.
Seniman muda dari Desa Tegalalang, Kabupaten Gianyar ini kemudian mengajak kepada seluruh yowana di desa adat (yang membuat ogoh–ogoh, red) agar membuat ogoh-ogoh yang ramah lingkungan dan memiliki nilai-nilai kebudayaan Bali. “Momentum yang
baik ini, harus Kita manfaatkan sebaik mungkin, dimana pembuatan ogoh–ogoh harus
dimaknai sebagai aksi bergotong royong dalam berkesenian antar sesama yowana, sekaligus
mengkampanyekan kepada publik bahwa ogoh–ogoh yang dibuat sejalan dengan semangat Peraturan Gubernur Bali Nomor 97 Tahun 2018 tentang Pembatasan Timbulan Sampah
Plastik Sekali Pakai, yakni melalui ogoh–ogoh yang ramah lingkungan,” tegas yowana yang
aktif di komunitas bersih-bersih lingkungan di Tegalalang ini.
Dia menambahkan sudah saatnya kita berkreativitas membuat ogoh–ogoh tanpa menyakiti alam semesta dengan cara menjaga lingkungan. Lebih lanjut, Manggala Pasikian Yowana Kabupaten Gianyar yang memiliki Sanggar Seni Brahma Manu Wisesa ini mengajak para yowana di desa adat untuk ikut serta menjalankan amanat pemerintah pusat yakni tetap disiplin menerapkan protokol kesehatan Covid-19 di dalam pelaksanaan pawai ogoh–ogoh,
sehingga pawai ini jangan sampai menambah kasus Covid-19 di Bali. ‘’Saat ini pandemi sudah
melandai,” jelasnya seraya menyatakan sudah saatnya kita sebagai generasi muda hadir
membantu negara menangani pandemi, apalagi Pulau Bali mendapatkan kepercayaan
besar sebagai tuan rumah KTT G-20 di Tahun 2022 ini. Jadi sudah saatnya Kita ikut menekan
laju Covid-19 di Pulau Bali,’’ tegasnya. (kmb/balipost)