DENPASAR, BALIPOST.com – Bali menjadi salah satu provinsi yang mulai melaksanakan vaksinasi booster, Rabu (12/1). Kick-off vaksinasi booster dilakukan di Wantilan DPRD Provinsi Bali yang diselenggarakan oleh Badan Intelijen Nasional (BIN).
Sebanyak 500 orang menerima vaksin booster yang ditinjau langsung oleh Gubernur Bali, Wayan Koster. Gubernur Koster mengatakan, target vaksinasi booster dilakukan secepat mungkin dengan melihat ketersediaan vaksin yang ada.
Langkah ini dilakukan sebagai upaya membangun Bali khususnya di bidang perekonomian. Mulai 12 Januari vaksinasi booster diberikan secara gratis kepada masyarakat yang telah memenuhi syarat.
Menurut Koster, dirinya mengawal secara langsung pelaksanaan vaksinasi di Bali sejak vaksinasi tahap pertama, kedua hingga vaksinasi anak usia 12-17 tahun dan vaksinasi anak 6-11 tahun. “Astungkara, kita targetkan vaksinasi anak sebulan lagi sudah selesai,” jelasnya.
Vaksinasi booster mulai dilakukan untuk masyarakat umum, vaksinasi tersebut pun tanpa berbayas alias gratis. Hanya saja dalam prosesnya beberapa syarat yang harus dpenuhi oleh masyarakat yang akan vaksin.
Seperti telah melakukan vaksinasi kedua minimal dalam rentang waktu selama enam bulan, dan kondisi yang fit dan sehat.
Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Bali, dr. Ketut Suarjaya mengatakan beberapa persyaratan harus dilengkapi oleh masyarakat yang akan vaksinasi booster. Mulai dari umur, vaksinasi suntik kedua yang dilakukan minimal enam bulan terhitung dari akan vaksin booster hingga dalam keadaan sehat. “Pertama itu umur harus di atas 18 tahun, kedua sudah vaksin kedua lengkap 6 bulan, dan dalam keadaan sehat. Fungsinga vaksinasi ini bagus untuk meningkatkan antibodi,” ujarnya.
Suarjaya menambahkan vaksinasi booster akan terus dilakukan, bahkan jika mengalami kekurangan vaksin pihaknya akan meminta kembali ke pusat. Begitu juga jika ada Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) masyarakat jangan khawatir.
Sebab, sudah ada dokter yang akan menangani, dan hal itu merupakan hal biasa pasca vaksin. “Kalau ada KIPI kan ada dokter, tetap observasi,” tegasnya. (Winatha/balipost)