Ngurah Weda Sahadewa. (BP/Istimewa)

Oleh Ngurah Weda Sahadewa

Kenyataan konsumen dalam membeli produk (barang atau jasa) dimengerti sebagai berikut yaitu pertama menjadikan produk yang dibeli adalah produk yang mampu untuk meningkatkan kualitas hidupnya. Kepentingan komersial menjadi faktor penting dalam menggerakkan kemampuan berbisnis namun dalam pengertian tidak menjebakkan sektor bisnis kepada kapital(isme) sehingga kemampuan berbisnis murni dapat makin digalakkan dari segmen yang paling bawah namun bukan dalam pengertian kasta.

Kekuatan ekonomi rakyat dapat diukur dengan satu kata yaitu kemiskinan. Jika memang kemiskinan masih terdapat dalam segenap segmen masyarakat maka dapat dikatakan ekonomi rakyat masih memerlukan terapi bahkan khusus jika diperlukan untuk menyembuhkan. Terapi itu adalah menempuh jalur natural namun tidak mengabaikan peran pemerintah lagi karena salah satu dari keberadaan pemerintah yang dalam hal ini adalah negara itu sendiri untuk menghapuskan jejak kemiskinan.

Ketuntasan dalam menghapuskan kemiskinan tetap dapat berjalan di depan pagar ekonomi pandemi jika memang pagar tersebut masih memungkinkan pagar untuk penuntasannya. Oleh karena itulah ekonomi pandemi sesegera mungkin dibentuk untuk memungkinkan membantu menuntaskan kemiskinan di tengah tantangan. Ini mungkin jika pertama, menjadikan ekonomi pandemi adalah ekonomi yang menunjukkan kepedulian tinggi atas nasib rakyat terutama rakyat yang tak berdaya.

Baca juga:  Mudik, Tradisi Sosial yang Sangat Sulit Diubah

Kedua, menunjukkan bahwa ekonomi pandemi memberikan peluang bukan sebaliknya di atas tantangan yang ada. Kepastian atas kedua di atas yaitu nasib dan peluang. Nasib dan peluang adalah langka untuk dibahas namun saatnya menjadi salah satu ataupun beberapa topik penting mengingat ekonomi pandemi sudah menjalar seperti akar. Kemungkinan dengan adanya semangat bukan sebagai bentuk semata-mata psikologis melainkan ke arah kefilsafatan yang menunjang kokohnya sistem ekonomi yang mengurus rakyat menjadi bertumbuh serta berkembang semangat melahirkan gagasan. Gagasan hidup untuk lebih sehat, lebih mantap dalam kemakmuran serta gagasan untuk dapat mencapai kebahagiaan. Ini sebagai bentuk logis sekalipun masih dalam pandemi.

Baca juga:  Taj Mahal Dibuka Kembali untuk Umum

Kekuatan industri yang dijadikan sebagai palang pintu untuk mencapai tingkatan kesejahteraan yang masif dapat diperdebatkan secara terbuka agar dapat menjadi sebuah industri yang tidak rentan atas berbagai bentuk bahaya yang datang secara relatif mendadak seperti Covid-19 ini. Kemajuan industri dijadikan sebagai pembicaraan khusus ketika menengok berbagai negara yang memiliki perkembangan masif atas industri untuk suatu kesejahteraan yang masif. Namun, tak dapat dikendalikannya kemungkinan ke depan apa yang akan terjadi hanya mungkin dengan menutup pintu dan jendela datangnya Covid-19 tanpa menutup pintu dan jendela datangnya kesejahteraan untuk diraih oleh masyarakat.

Pagar yang terpampang di depan adalah merupakan pagar ekonomi pandemi Covid-19 yang tak pelak tak terlihat dengan jelas ke mana arah pintu masuknya agar mengerti bagaimana ekonominya berjalan ataupun dapat berjalan. Produksi, distribusi, dan konsumsi sebagai berubah dalam konstelasi Covid-19 secara mendasar namun tidak menutup bahwa konsumen masih membutuhkan. Ketika ekonomi mentransformasikan diri ke dalam situasi dan kondisi pandemi tidak secara langsung masyarakat merasakan bahwa itu sebagai sebuah ekonomi pandemi. Ini menandakan bahwa ekonomi pandemi masih berkutat dengan dirinya sendiri sekalipun itu didalamnya terlibat unsur-unsur manusia namun masih dapat dipertanyakan seberapa dalam keseluruhan dampaknya bagi kesejahteraan sebagaimana dapat dijumpai ketika sebelum pandemi itu.

Baca juga:  Mendorong Pers Jadi Pusat Rujukan

Inilah sebagai bentuk tantangan baru bagi ekonomi pandemi untuk lebih melihat peluang ketimbang semata-mata tantangan saja. Oleh karena itu bagaimana kesejahteraan dapat dicapai pula pada masa ekonomi pandemi menjadikan sebuah persyaratan tersendiri melihat perkembangan perekonomian secara kefilsafatan di tengah masih merebaknya persebaran virus Corona. Untuk itulah diperlukan sebuah pagar yang jelas menunjuk bahwa pandemi itu sendiri sudah mampu mengidentifikasikan jenis ekonomi yang berkembang.

Penulis Dosen Fakultas Filsafat UGM

BAGIKAN