CHIANG MAI, BALIPOST.com – Chiang Mai identik dengan gajah. Di kota bagian utara Thailand ini, gajah memang menjadi binatang yang dirawat dan cukup banyak populasinya.

Program konservasi gajah tak hanya melalui dirawat dari bayi hingga dewasa. Mereka juga dilatih bermain bola dan melukis.

Dalam Tur Agen Perjalanan Thai Airways ke Chiang Mai, peserta diajak mengunjungi Maessa Elephant Camp. Begitu memasuki lokasi Maessa Elephant Camp ini, sudah banyak wisatawan mengantre, meskipun pada Minggu (9/10) itu, waktu baru menunjukkan pukul 09.00 pagi. Ternyata para wisatawan yang kebanyakan asal Cina ini akan menyaksikan atraksi memandikan gajah. Ya… acara memandikan gajah di sungai pun jadi sebuah tontonan yang menarik wisatawan.

Sebelum dimandikan, gajah yang jumlahnya mencapai belasan itu dikumpulkan dengan masing-masing Mahout (istilah untuk pawang gajah) di kandangnya. Wisatawan pun akan diberi kesempatan memberi makan para gajah. Makanannya sudah dijajakan di sepanjang lokasi itu, yakni pisang dan batang tebu.

Baca juga:  Asosiasi SSB Denpasar Gelar Turnamen Usia Dini

Wisatawan juga bisa foto bersama para gajah. Jangan terkejut jika tiba-tiba ada sebuah topi ditaruh di kepala oleh sang gajah. Para gajah yang sudah terlatih ini juga bisa beraksi seolah melilit dan mencium pipi pengunjung dengan belalai mereka.

Puas diberi makan, tepat pukul 9.30 akan dibunyikan kentongan yang menandakan mereka harus mandi. Para gajah yang dikendalikan Mahout dari atas punggung mereka berbaris rapi menuju sungai tempat mandinya. Mulailah acara mandi dilakukan.

Para wisatawan pun berebut mengabadikan momen ini. “Saya sudah sering melihat atraksi gajah, tapi atraksi memandikan gajah ini baru kali ini saya lihat,” kata wisatawan asal Surabaya, Hugo L.

Para Mahout memandikan gajah disaksikan wisatawan. (BP/iah)

Tak sampai di situ, atraksi lainnya masih menanti. Setengah jam mandi, para gajah kemudian berbaris menuju sebuah lokasi atraksi lainnya. Wisatawan pun bergegas mengikuti kepergian para gajah. Mereka tiba di sebuah tempat pertunjukan yang di pinggirnya terdapat tribun yang bisa digunakan wisatawan menyaksikan para gajah beraksi.

Baca juga:  Kerajinan Lukisan di Tempurung Kelapa

Sebanyak 17 gajah kemudian datang berparade dengan belalai terkait di ekor gajah yang didepannya. Dua gajah yang ada di urutan paling depan membawa sebuah papan yang mengumumkan pertunjukan akan dimulai. Parade gajah pun digelar. Setelah itu mereka bermain sepak bola.

Begitu permainan sepak bola dilakukan, banyak penonton yang berdecak kagum karena kemampuan para gajah yang tak kalah dengan pemain sepak bola asli. Tepuk tangan dan seruan pun terdengar sepanjang permainan itu layaknya menonton pertandingan sepak bola antarklub terkenal.

Sejumlah gajah bermain sepak bola di Maessa Elephant Camp. (BP/iah)

Usai bermain sepak bola, penonton disuguhi kepiawaian sejumlah gajah melukis. Untuk lukisan ini, menurut Manajer Perawatan Bayi Gajah di Maessa Elephant Camp, Pong Sit, gajah harus dilatih sejak usia dini. Kemampuan menggambarnya tergantung dari bakat yang dimiliki gajah. “Kemampuan mereka tidak sama. Ada yang 3-6 bulan sudah bisa melukis, tapi ada beberapa yang perlu waktu lebih lama. Satu hal yang harus diingat, gajah tidak bisa mencampur warna. Jadi para mahout yang mencampur warnanya dan memberikannya pada gajah,” terangnya menggunakan bahasa Inggris.

Baca juga:  Di Rakernas II ASITA, Menpar Ingatkan Travel Agent Terkait Digital Tourism

Gajah memperlihatkan keahlian melukisnya di hadapan penonton. (BP/iah)

Di Maessa Elephant Camp, sebut Pong, gajah dipelihara sejak baru lahir. Tak hanya menyajikan atraksi, kawasan itu juga mendirikan perawatan bayi gajah sampai museum lukisan gajah. Di museum itu, bisa dilihat ragam lukisan yang dihasilkan gajah-gajah di kawasan itu, kebanyakan merupakan lukisan abstrak.

Saat berkunjung ke sana, kebetulan ada tiga bayi gajah yang belum dipisah dari induknya. Dua betina dan satu jantan. “Gajah umumnya bersama dengan induknya selama 2-3 tahun. Di Maessa Camp, kami juga memiliki sekolah untuk gajah sehingga mereka menjadi jinak dan terlatih,” sebutnya.

Bahkan bagi wisatawan yang ingin menjadi Mahout pun, di lokasi itu terdapat pelatihannya. Para Mahout akan diajarkan cara mengatasi para gajah dan melatihnya sehingga bisa hidup berdampingan dengan manusia. (Diah Dewi/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *