Pemilik "Pertenunan Astiti" memperlihatkan piagam anugerah Bali Brand yang diterimanya. (BP/Kamaratih)

SEMARAPURA, BALIPOST.com – Pertenunan Astiti di Banjar Jero Kapal Desa Gelgel, Klungkung, merupakan perintis dalam dunia menenun. Sejak tahun 1986, Pertenunan Astiti konsisten melahirkan produk kain endek maupun songket yang diminati pasar.

Dalam situasi pasar yang redup, baik karena krisis tahun 1998, dua kali Bom Bali hingga yang terbaru karena pandemi COVID-19, Pertenunan Astiti masih bisa konsisten berkarya. Karya-karyanya pun cukup dikenal di kalangan masyarakat hingga pejabat.

Bahkan, pejabat sekelas menteri pun memakai hasil karyanya. Bagaimana ceritanya?

Nyoman Sudira, pemilik Pertenunan Astiti, merupakan seorang pensiunan pegawai negeri sipil di Pemkab Klungkung. Kecintaannya terhadap endek, ia wujudkan dengan merintis usaha pertenunan bersama istrinya, Astiti.

Istrinya merupakan seorang penenun, sebagai kegiatan sambilan di rumah. Nama istrinya pun dipakai sebagai nama usahanya. “Awalnya kegiatan menenun itu dilakukan ibu-ibu di sekitar desa ini di rumah. Mereka punya alat sendiri-sendiri. Jadi, kami berinisiatif mengumpulkan mereka, kemudian mendirikan badan hukum. Usaha Pertenunan Astiti ini berkembang dan dikenal pasar,” kata Sudira.

Sebagai kegiatan usaha industri kecil, tren usahanya saat itu sangat positif. Selain berproduksi, Pertenunan Astiti juga aktif mengikuti pameran di Bali maupun luar Bali. Sehingga membuka pasar kain endek dan songket yang lebih luas.

Baca juga:  Tingkatkan Kapasitas Produksi, 80 Degrees Laundry Dry Clean Resmikan Gedung Baru

Namun, tidak semua rencananya berjalan mulus. Di tengah usaha yang sudah menggeliat, pasar endek dan songket mulai redup setelah krisis 1998.

Perlahan usahanya bangkit lagi. Namun, Bom Bali I dan II kembali meredupkan pasar endek dan songketnya. Sudira menegaskan dirinya tidak menyerah, namun perlahan mulai bangkit lagi.

Pada 2006 pasar endek dan songket mulai mendapat perhatian pemerintah, sebagai produk lokal khas Bali. “Tahun 2006 itu endek dan songket booming sekali. Lantas bermunculan usaha pertenunan serupa di Bali, sehingga pesaing pun mulai banyak. Ini membuat endek dan songket makin populer di Bali,” katanya.

Meski demikian, Sudira mengatakan tetap menikmati persaingan itu. Pertenunan Astiti sendiri terus menambah tenaga kerja hingga puluhan orang. Namun, pandemi COVID-19 kembali membuat pasar endek dan songket redup. Sehingga sebagian besar karyawan kembali dirumahkan.

Karena daya beli masyarakat menurun dalam waktu lama hingga sekarang. Di tengah situasi ini, Sudira pun melirik cara-cara baru dalam pemasaran, yakni dengan memanfaatkan pemasaran online, maupun media sosial. “Kami juga menerima order menjahit. Sehingga banyak pegawai dari berbagai daerah kesini. Jadi, selain beli kain juga bisa langsung dijahit disini. Udeng, saput, selendang dan lainnya kebutuhan busana adat Bali tersedia,” kata Sudira.

Baca juga:  Petinggi Polda Bali Cek Pos Lebaran di Tiga Lokasi Ini

Pertenunan Astiti juga menerima order endek dengan motif logo dari lembaga/kantor. Ini juga banyak diminati pelanggan, sehingga pesanan endeknya mulai stabil, karyawan pun bisa bekerja kembali.

Ia juga merasa terbantu dengan adanya Pergub yang mewajibkan pemakaian kain endek. Ini sangat berdampak terhadap pesanan kain endek di tempatnya. Tidak karena pesanan tinggi harga naik.

Tetapi, tergantung juga bahan. Ada bahan sutra maupun motifnya (double ikat). Pihaknya juga tetap aktif mengikuti pameran di Bali maupun luar Bali, memasarkan lewat kios di Denpasar dan Pasar Seni Klungkung serta memberikan pelatihan-pelatihan menenun yang digelar pemerintah daerah.

Baca juga:  Masyarakat yang Punya Akses Perbankan Kurang dari 50 Persen

Sebagai binaan Telkom, Pertenunan Astiti sempat dikunjungi Menteri BUMN RI Erick Thohir. Mentri Erick pun memborong sejumlah kain endek dan songket. Bahkan, songket yang cukup mahal seharga Rp 7 juta.

Setelah menerima Anugerah Bali Brand, Sudira bersama istri menyampaikan terima kasih atas dukungan yang diberikan untuk berpromosi. Sehingga usahanya tetap bisa eksis di tengah tekanan pandemi ini.

Selanjutnya, ia berharap ruang promosi itu tetap diberikan Bali Post dan Bali TV agar produk-produk dan layanannnya dapat diketahui masyarakat Bali dan menghidupkan kembali usahanya yang sudah dirintis selama puluhan tahun ini. Untuk informasi lebih lanjut, pemesanan dan produk-produknya, bisa dilihat langsung pada media sosial Facebook @Pertenunan Astiti, WhatsApp 08123949408 atau kunjungi Instagram @pertenunanastiti. (Bagiarta/balipost)

BAGIKAN