Gede Suryawan menunjukkan piagam anugerah Bali Brand yang diterimanya. (BP/Kamaratih)

SEMARAPURA, BALIPOST.com – Buah kelapa di tangan Gede Suryawan menjadi benda yang bernilai. Pelaku usaha di Desa Negari, Kecamatan Banjarangkan, Klungkung ini, mengolah seluruh potensi buah kelapa menjadi lebih bernilai ekonomis.

Mulai dari sabut kelapa, batok, isi, hingga airnya. Buah kelapa mengantarkannya pada kisah sukses sebagai pengusaha yang dirintis bersama adiknya. Bagaimana Gede Suryawan melakukan itu? Berikut kisahnya.

Yande Batok mulai dirintis sejak 1997. Melihat potensi buah kelapa yang melimpah, membuatnya tergerak untuk memulai usahanya membuat souvenir dari batok kelapa. Mulai dari mangkok dari batok kelapa, tempat bumbu, hiasan lampu, sendok, tas batok kelapa dan aneka souvenir lainnya, sesuai permintaan pelanggan.

Gede Suryawan memulai usahanya dengan cukup baik, sehingga terus berkembang dan banyak menyerap tenaga kerja dari warga sekitar. Produk olahan batok kelapa pun terus berkembang, seperti celengan, tempat tisu dan ragam inovasi lainnya.

Baca juga:  Duo Bank BUMN Terus Pecahkan Rekor Harga Saham Tertinggi Dalam Sejarah

“Kalau jenis produknya mungkin sudah ratusan jenis ya. Soalnya, kami bikin produknya sesuai pesanan. Kadang setiap produk itu ada masanya. Jadi, terus berganti-ganti,” kata Suryawan saat ditemui di sentra produksi Yande Batok di Desa Negari, Rabu (19/1).

Usaha Yande Batok terus berkembang hingga dikenal memiliki brand tersendiri dalam produk souvenir. Maka, hasil produksinya pun diminati hingga pasar luar negeri. Sehingga, ia memanfaatkan peluang itu untuk ekspor bekerja sama dengan pengusaha lainnya.

Aneka souvenir dan kerajinan lainnya pun menempus pasar luar negeri, seperti Jepang hingga Eropa seperti Ceko, Spanyol, Polandia. Tingginya permintaan membuatnya sempat kewalahan untuk memenuhi pesanan.

 

Baca juga:  Masuk Kawasan PPKT, Pemkab Genjot Pembangunan Infrastruktur di Nusa Penida

Kesulitannya semakin bertambah, ketika buah kelapa semakin langka dan harga meroket hingga Rp 8.000 per butir sekitar 2016, dari awal merintis hanya seribu rupiah bisa dapat tiga butir. “Tetapi kami tidak menyerah. Kami melakukan beberapa inovasi. Akhirnya baru kepikiran untuk memanfaatkan bagian yang lain. Tidak hanya batok kelapanya saja. Tetapi, juga isi kelapa, airnya hingga sabutnya kami manfaatkan,” kata Suryawan.

Sabut kelapanya diolah dipakai souvenir aneka gambar wajah yang menarik, isi kelapanya diolah menjadi minyak VCO, sisa parutan kelapanya dipakai saur, air kelapanya dioleh menjadi nata de coco, hingga batok kelapanya tetap diolah menjadi aneka benda bernilai tinggi. Ia menciptakan alat khusus sendiri yang dimodifikasi, baik untuk memotong maupun menghaluskan batok kelapa.

Setelah adanya pandemi Covid-19, Suryawan mengaku sangat berpengaruh besar terhadap jalannya usaha ini. Permintaan merosot. Sehingga ia harus kembali memutar otak untuk tetap bisa bangkit. Ia mulai memanfaatkan media sosial dan melakukan penjualan secara online. Saat ini, meski belum sepenuhnya pulih, tetapi ia sedikit optimis usahanya akan segera bangkit kembali. Apalagi, usahanya telah didukung penuh oleh Bali Post dan Bali TV, yang selama ini telah memberi ruang promosi bagi usahanya.

Baca juga:  Warung Babi Guling Bu Kerti, Belajar Racik Bumbu dari Ortu

Setelah menerima Anugrah Bali Brand, Suryawan menyampaikan terima kasih atas dukungan yang diberikan selama ini untuk berpromosi. Sehingga usahanya tetap bisa eksis di tengah tekanan pandemi ini.

Selanjutnya, ia berharap ruang promosi itu tetap diberikan agar produk-produk dapat diketahui masyarakat Bali hingga pasar luar negeri, guna menghidupkan kembali usahanya yang sudah dirintis selama puluhan tahun ini. Untuk informasi lebih lanjut, pemesanan dan produk-produknya, bisa dilihat langsung pada media sosial Instagram @yandebatok, telp/WhatsApp 08124679473 atau 081338538941. Email yandebatok@gmail.com maupun yandebatok.com. (Bagiarta/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *