Sejumlah atlet esport berlomba saat ekshibisi di PON Papua. (BP/Istimewa)

DENPASAR, BALIPOST.com – Dua pemain Esport asal Bali yang memiliki nama Bagoes_dwiga dan Delinaketut, berhak mewakili Indonesia di ajang FIFA World Cup Champion, pada Februari 2022. Sebelumnya, mereka dinyatakan menang di level nasional, sehingga meraih tiket mengikuti pertandingan game online secara internasional.

Ketua Umum Pengprov Esport Indonesia (ESI) Bali, AA Gde Harya Putra di Denpasar, Sabtu (22/1), mengemukakan, sebenarnya perkembangan Esport di Pulau Dewata cukup pesat cukup lama. Bahkan, mereka diam-diam memiliki komunitas dan klub, yang sering berpartisipasi di ajang game online baik nasional, maupun internasional. “Saya kira penghobi game online maniak cukup banyak di Bali,” ungkap Agung Harya.

Baca juga:  Cegah Penyebaran Varian Omicron, Optimalkan Edukasi Prokes

Terbukti sederet klub profesional merekrut pemain asal Bali. “Hanya, saat ini telah ada wadah resmi yang menaungi mereka yakni Pengprov ESI, yang diakui KONI Bali,” katanya.

Keberadaan ESI merambah ke seluruh kabupaten dan kota di Bali, dan terbentuklah Pengkab dan Pengkot ESI. “Kami melakukan pembinaan dan kualifikasi di seluruh kabupaten dan kota. Tujuannya, untuk persiapan Esport masuk ekshibisi di ajang Porprov Bali 2022, mengingat cabor ini sudah ekshibisi di PON XX Papua 2021,” ujarnya.

Baca juga:  Ranperda Desa Adat Akan Mengatur Kartu Krama Adat

Agung mengakui, selama ini para pemain ikut turnamen bersama komunitas dan klubnya secara diam-diam, hingga juara dan direkrut klub pro. “Pemain Esport Bali banyak bergabung di klub elite, cuma saya tak tahu apakah sudah pindah KTP atau belum,” ucapnya.

Karena itu, pihaknya bakal mengikuti Rakernas I Esport 4-6 Februari, seraya mempertanyakana apakah pemain pro, amatir, atau gabungan amatir dan pro, yang turun di PON. Yang perlu ditekankan, menurut Agung, cabor Esport ini jangan dipandang sebelah mata.

Baca juga:  Terdakwa Judi Online Mengaku Dijebak Bandar

Justru, permainan game online malah bisa mengukir pretasi, dapat hadiah, sekaligus bisa menjadi mata pencaharian bagi pemain profesional. “Nama-nama mereka di komunitas juga bukan nama aslinya,” terangnya. (Daniel Fajry/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *