Made Rentin. (BP/Dokumen)

DENPASAR, BALIPOST.com – Dalam sepekan ini, jumlah kasus COVID-19 di Bali mengalami kenaikan. Data per 25 Januari, terdapat 96 kasus baru yang dicatatkan dalam sehari.

Angka ini tertinggi sejak 3 bulan terakhir di tengah merebaknya Omicron di Indonesia. Dikonfirmasi terkait penyebab meningkatnya kasus harian, Plt. Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Bali, Made Rentin, Rabu (26/1) menegaskan bahwa Omicron belum ditemukan di Bali. “Sampai saat ini belum ada pasien COVID-19 di Bali yang terinfeksi varian Omicron. Meskipun beberapa hari belakangan ini kasus COVID-19 meningkat di Bali,” ujarnya.

Sekretaris Satgas Penanganan COVID-19 Provinsi Bali ini, menegaskan bahwa sampai saat pasien Covid-19 di Bali masih didominasi varian Covid-19 pada umumnya. Terkait meningkatnya kasus harian, ia berdalih karena kuatnya tes dan tracing yang dilakukan. “Tracing testing kuat,” ujarnya.

Baca juga:  Dampak Gempa, Tembok Rumah Warga di Banyupoh Roboh

Rerata testing yang dilakukan dari 19 – 25 Januari 2022 mencapai 9 ribu testing. Sedangkan tracing yang dilakukan 1 : 10 setiap harinya.

Ia menegaskan bahwa meningkatnya kasus COVID-19 ini tidak dipicu dari kluster pembelajaran tatap muka (PTM). Meskipun ada beberapa sekolah di Kota Denpasar dan di Kabupaten Badung, siswanya terinfeksi Covid-19. “Ada yang positif siswa kita, bukan berarti PTM di-kambing hitam-kan,” tegasnya.

Dijelaskannya, orang yang terinfeksi COVID-19 di Bali sebagian besar adalah orang tanpa gejala dan gejala ringan (OTG-GR). Meskipun demikian, Made Rentin tetap berharap agar masyarakat tetap meningkatkan kewaspadaan, tidak gegabah, maupun panik dengan segala kemungkinan yang terjadi.

Baca juga:  Gempabumi 5,2 SR Guncang Selatan Bali

Menurut Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Bali ini, cara positif menyikapi kenaikan kasus Omicron di Tanah Air, adalah dengan tetap mengikuti protokol kesehatan (prokes) dengan disiplin dan segera mengikuti program vaksinasi jika sudah mendapat jadwal.
“Sudah mengikuti vaksinasi, protokol kesehatan tetap harus dijalankan dengan ketat. Setidaknya demi 5 alasan, yakni untuk melindungi diri sendiri, melindungi orang lain, mencegah munculnya varian baru, menghentikan rantai penyebaran virus, serta menjaga rumah sakit dan tenaga kesehatan tetap aman,” tandasnya.

Baca juga:  Kembali, Warga Terdampak Tol Gilimanuk-Mengwi Gelar Aksi Damai Minta Kejelasan

Lebih lanjut dikatakan, bahwa untuk mengantisipasi penyebaran varian Omicron yang diprediksi dapat mencapai puncaknya pada pertengahan Februari sampai dengan awal Maret 2022, Bali sebagai destinasi wisata dunia telah mempersiapkan enam langkah strategis. Keenam langkah strategis tersebut, yakni melakukan pengetatan di pintu masuk dengan karantina; memperkuat testing, tracing dan surveilens; meningkatkan cakupan vaksinasi; penerapan aplikasi PeduliLingdungi; mempersiapkan kapasitas RS rujukan Covid-19; dan mempersiapkan tempat isolasi terpusat (isoter). “Kita tidak ingin varian Omicron masuk ke Bali, apalagi Bali akan menjadi tempat penyelenggaraan G20 tahun ini,” tegas Made Rentin. (Winatha/balipost)

BAGIKAN