BANGLI, BALIPOST.com – Warga di Desa Pekraman Palaktiying, Desa Landih Bangli, Kamis (16/3) menggelar tradisi nyepi adat. Hampir sama dengan pelaksanaan Nyepi tahun caka pada umumnya, dalam tradisi nyepi adat warga wajib melaksanakan catur brata penyepian yakni amati geni, amati karya, amati lelanguan, dan amati lelungan.
Tak hanya itu, selama Nyepi Adat warga juga tidak diperkenankan menerima tamu. Jika melanggar maka warga yang bersangkutan akan dikenai sanksi.
Kelian Banjar Dinas Desa Pekraman Palaktiying Wayan Ubung mengatakan tradisi nyepi adat rutin dilaksanakan setiap tahun pada sasih kesanga tepatnya menjelang perayaan nyepi tahun caka.
Tradisi nyepi adat digelar setelah dilaksanakannya ritual ngusaba tegenan di Pura Dalem Pingit desa pekraman setempat. “Maknanya sebagai wujud rasa syukur kepada sang pencipta atas anugrah yang diberikan selama ini,” terangnya.
Wayan Ubung menjelaskan, tradisi nyepi adat dilaksanakan sehari penuh mulai pukul 06.00 wita dan berakhir keesokan harinya pada pukul 06.00 wita. Selama nyepi adat dilaksanakan warga wajib melaksanakan catur brata penyepian. “Sama seperti Nyepi pada umumnya, tidak boleh bekerja, tidak boleh bepergian, tidak boleh menyalakan api,” jelasnya.
Selain wajib menjalani catur brata penyepian, selama menjalani nyepi adat warga juga dilarang menerima tamu dari luar desa. Jika ada yang melanggar maka warga yang bersangkutan akan dikenai sanksi adat yakni berupa satu kilogram beras per satu orang tamu. “Selama ini pernah ada warga yang melanggar dikenai sanksi,” ungkapnya.
Sebagai tanda adanya pelaksanaan nyepi adat di Banjar Palaktiying, warga biasanya akan memasang sawen di depan pintu masuk pekarangan rumah masing-masing. Sawen dimaksud, berupa sampian yang sebelumnya telah dipakai saat ngusaba tegenan. Untuk mengawasi pelaksanaan nyepi adat, pecalang di Banjar setempat juga berjaga-jaga di wilayah selama seharian penuh. (dayu rina/balipost)