SEMARAPURA, BALIPOST.com – Setelah lomba atau pawai Ogoh-ogoh mendapat lampu hijau dari pemerintah daerah, pembuatan Ogoh-ogoh di masing-masing banjar mulai menggeliat. Para pemuda mulai antusias menunjukkan kreativitasnya dalam membuat ogoh-ogoh yang unik dan menarik.
Seperti di Banjar Pegatepan, Desa Gelgel, Klungkung. Para pemuda setempat, Selasa (22/2) nampak antusias menyamput Hari Raya Nyepi dengan membuat ogoh-ogoh.
Umat Hindu akan melaksanakan hari Raya Nyepi tahun baru saka 1944 pada 3 Maret mendatang. Sehari sebelumnya, warga akan melaksanakan Pengrupukan yang biasanya diisi dengan pementasan ogoh-ogoh.
Ogoh-ogoh ini akan diarak keliling desa atau wilayah setempat. Kegiatan ini sempat dilarang selama dua tahun akibat pandemi Covid-19, karena dikhawatirkan dapat menimbulkan kerumunan. Namun tahun ini akhirnya pelaksanaannya diizinkan, namun dengan prokes ketat.
Dengan adanya kelonggaran ini, hampir semua pemuda saat ini disibukkan dengan proses pembuatan ogoh-ogoh di balai banjar masing-masing. Seperti di Banjar Pegatepan, respons pemuda semakin antusias karena ogoh-ogoh akan dilombakan.
Tidak hanya dinilai dari seni pembuatan dan pementasannya juga dinilai dari protokol kesehatan yang dilakukan. Mulai dari pemakaian masker, hasil swab tes dan tata cara prokes lainnya.
Kadek Dodik dan Wayan Putra, pemuda di banjar setempat, mengatakan mereka sudah menunggu momen ini selama dua tahun. Sebab, tahun-tahun sebelumnya, kreativitas warga ini dibatasi karena angka kasus Covid-19 yang sedang tinggi-tingginya. Salah satu tokoh masyarakat Desa Gelgel I Nengah Mudiana mengaku sangat bersyukur pemerintah kembali memberikan para pemuda mengekpresikan seni mereka. Selain untuk pelestarian seni dan budaya, kreativitas pemuda juga terus bisa berkembang.
“Kami tidak mengabaikan imbauan pemerintah, masyarakat khususnya pemuda tetap akan patuh. Kami mengapresiasi ini karena dapat melestarikan budaya yang sudah sejak dulu terbangun di tengah masyarakat.
Dia menambahkan, ogoh-ogoh di seluruh Bali juga dinilai oleh Pemprov Bali dengan total hadiah yang cukup besar mencapai Rp 1,9 Miliar. Pembagian hadiah juara kecamatan mendapatkan hadiah Rp 5 juta. Sementara di tingkat kabupaten/kota se-Bali, peringkat I diberikan hadiah Rp 50 juta, peringkat II Rp 35 juta dan peringkat III Rp 25 juta.
Bendesa Adat Gelgel Putu Gede Arimbawa menegaskan kriteria lomba ditekankan pada ketaatan pada prokes, tidak ada pementasan terpusat, ogoh-ogoh hanya diusung keliling desa. “Kami gunakan penilaian pada ketaatan prokes, bukan ogoh-ogohnya. Para pengusung yang dirapid tes antigen penilaiannya 40 persen, pakai masker 30 persen, tidak terpengaruh alkohol 20 persen dan ketepatan waktu 10 persen,” kata Arimbawa.
Sesuai rencana, ogoh-ogoh akan start dari banjar masing-masing. Kemudian keliling desa dengan tertib. Pengusung ogoh-ogoh wajib menunjukkan hasil rapid test antigen dengan hasil negatif, pengusung dibatasi hanya 25 orang dan wajib menggunakan masker. Bahkan, bila kondisi dan situasi tidak memungkinkan, maka hanya melakukan penilaian di tempat, tanpa adanya aktivitas keliling desa. Arimbawa menegaskan, agar situasi ini dapat disikapi dengan bijak. (bagiarta/balipost)