Suasana pelaksanaan piodalan di Pura Penyusuhan Puseh Penegil Dharma. (BP/mud)
SINGARAJA, BALIPOST.com – Bertepatan dengan Buda Manis Julung Wangi, Rabu (18/10), krama Desa Pakraman Kubutambahan, Kecamatan Kubutambahan menggelar Piodalan Alit di Pura Penyusuhan Puseh Penegil Dharma. Piodalan yang jatuh setiap enam bulan sekali itu sebagai wujud bhakti krama atas kelahiran Ida Bhatara yang berstana di Pura Penyusuhan Puseh Penegil Dharma.

Saat piodalan berlangsung tidak saja krama desa, akan tetapi umat Hindu dari berbagai daerah di Bali berdatangan nangkil ke pura yang dikenal sebagai khayangan jagat tersebut. Kelian Pengemong Pura Penyusuhan Puseh Penegil Dharma Ketut Arcana Dangin di sela-sela piodalan mengatakan, persiapan piodalan dilakukan mulai 13 Oktober 2017 yang lalu. Diawali dengan kegiatan pembersihan di seluruh lingkungan pura melibatkan seluruh krama desa.

Baca juga:  Purnama Sada dan Kala Paksa, Tak Baik untuk Palukatan Diri

Tahapan berikutnya kemudian dilakukan negem dewasa dan berlanjut untuk mempersiapkan segala keperluan sarana piodalan secara gotong royong dan bantuan dari para donatur yang tidak mengikat. Bertepatan dengan Buda Manis Julungwangi kemudian dilakukan puncak piodalan. “Kami sebagai pengemong wajib untuk mengurus piodalan rutin setiap enam bulan sekali. Dengan gotong royong kami persiapkan sarana upacaranya, hingga sekarang ini puncak piodalan,” katanya.

Menurut Arcana, untuk memberikan pendidikan dalam ajaran Hindu kepada generasi muda, momen piodalan rutin ini, melibatkan siswa SMA Sida Karya dan SMA Bali Mandara (Semanbara) uuntuk berpartisipasi dalam mengurus persiapan piodalan. Siswa ini pun dilibatkan mulai dari melakukan pembersihan lingkungan pura, mejejahitan dan pada puncak piodalan anak-anak ini ngayah sebagai skha santi. “Kami ajak siswa ini karena kami ingin mengajarkan mereka bahwa mengurus piodalan sebagai rasa bakti kita kepada Ida Bhatara agar tidak menajdi urusan orangtua dan pemangku aja, tetapi bagaimana anak-anak ini bisa berpartisipasi dan belajar, sehingga ini bagian dari pendidikan karakter bangsa,” jelasnya.

Baca juga:  Bali Dipastikan Bebas Internet Saat Nyepi

Sementara itu Kelian Desa Pakraman Kubutambahan Jro Pasek Warkadea mengatakan, piodalan ini memiliki makna untuk memperingati hari lahirnya Ida Bhatara yang berstana di Pura Penyusuhan Puseh Penegil Darma. Selain peringatan kelehiran itu, upacara ini untuk memohon keselamatan dan kerahayuan jagat Bali dan Nusantara.

Dari bebagai referensi menyebut bahwa Pura Penyusuhan Puseh Penegil Dharma adalah pura yang dipercaya sebagai Mutering Jagat, sehingga dalam piodalan ini krama desa maupun umat di Bali untuk bersama-sama sujud bhakti dan hormat kepada Ida Bhatara dan semua manifestasinya yang berstana di Pura Penyusuhan Puseh Penegil Dharma. “Tujuannnya berbakti ke hadapan Ida Bhatara dan manipestasinya yang melnggih di sini. Karena kami meyakini prabwa ida di pura merupakan penyungsungan jagat, sehingga dari piodalan ini ita sujud bakti dan hormat kepada ida bhatara di sini,” tegasnya. (Mudiarta/balipost)

Baca juga:  Disepakati, ONH 2018 Naik 0,9 Persen
BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *