Mayjend (purn) Wisnu Bawa Temaja. (BP/Istimewa)

DENPASAR, BALIPOST.com – PHDI pusat menggelar simakrama sulinggih. Kegiatan ini merupakan salah satu upaya menjalankan hasil Mahasabha yang dilaksanakan dengan semangat vasudeva kutumbhakam, di Aula Kampus UNHI yang dihadiri ratusan sulinggih dan walakanya, Minggu (6/3).

Ketua Umum Pengurus Harian Parisadha Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Pusat Mayjend (purn) Wisnu Bawa Temaja mengharapkan semua umat bersatu padu dalam doa dan yadnya, sehingga terbangun sebuah sinergi dalam mencapai tujuan Hindu, Mokshartham Jagadhita. Sehingga semua elemen masyakat hendaknya bersatu padu dalam memberi panduan kepada umat dalam mencapai tujuan Agama Hindu.

“Dalam konteks Bali, gubernur, majelis desa adat, desa adat dan PHDI, baik itu pengurus harian, sabha walaka dan sulinggih. Kegiatan seperti saat ini membangun kebersamaan langkah para sulinggih sangat perlu diduplikasi dan dilakukan dalam berbagai tingkatan untuk membangun kebersamaan,” katanya dalam rilis yang diterima.

Baca juga:  WN Prancis dan Spanyol Dideportasi dari Bali

Dengan dicabutnya perlindungan kepada sampradaya dalam AD/ART PHDI, tidak ada lagi perbedaan pandang dalam melaksanakan tugas pelayanan kepada umat Hindu. “Maka umat Hindu di Bali, khususnya dan nusantara umumnya harus fokus dalam membangun diri menuju manusia Hindu yang berkarakter Pancasila,” demikian dijelaskan WBT.

Prof. Dr. drs. I Made Surada, M.A. mewakili Ketua Sabha Walaka PHDI Pusat menambahkan sulinggih sebagai perwakilan Tuhan di dunia nyata, mendapat tempat yang tertinggi di mata umat Hindu. Sehingga dalam pelaksanan kehidupan sehari-hari soorang sulinggih hendaknya mampu meninggalkan hal-hal yang sifatnya keduniawian dan satu pada tujuan yaitu memuja-NYa. “Jika sulinggih sama dalam tujuan yaitu memuliakan Ida Sang Hyang Widhi Wasa maka akan berjalan dalam harmoni. Sulinggih dalam menjalankan kehidupan sehari-hari hendaknya tetap bepedoman kepada Wedha,” ucapnya.

Baca juga:  Agar Umat Tak Terkotak-kotak, Dualisme PHDI Harus Dicarikan Solusi

Simakrama Sulinggih ini untuk kali pertama dilakukan di Bali, memiliki nilai yang sangat strategis, karena diakui maupun tidak bahwa sampai saat ini Bali menjadi Pusat Agama Hindu di Indonesia. Sebagai pusat Agama Hindu di Indonesia sudah selayaknya umat Hindu luar Bali belajar ke Bal. “Segala kebaikan Hindu ada di Bali, sehingga harmoni Hindu di Bali harus tetap dijaga, sehingga saya tetap bangga untuk belajar Hindu di Bali jauh-jauh dari tanah Pasundan, demikian,” tegas Ida Pandita Agung Putra Nata Siliwangi Manuaba.

Baca juga:  Berawal dari Kecintaan akan Seni

Dari peserta simakrama juga muncul beberapa tugas berat Sulinggih dalam membina umat Hindu. Mengingat beratnya tugas sulinggih, sehingga keberadaan sulinggih perlu mendapat perhatian PHDI dan pemerintah, seperti misalnya dalam menjaga Kesehatan, karena belum semua sulinggih dilindungi BPJS sehingga berobat menggunakan biaya sendiri. (kmb/balipost)

BAGIKAN