JAKARTA, BALIPOST.com – Pandemi COVID-19 berdampak besar terhadap sektor ketenagakerjaan. Khususnya angkatan kerja lapisan menegah ke bawah.
“Dampak pandemi ini dirasakan secara tidak merata pada kasus Indonesia. Dampak yang lebih besar dialami oleh angkatan kerja lapisan menengah ke bawah, khususnya angkatan kerja perempuan,” kata Sekretaris Jenderal Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker), Anwar Sanusi, dalam agenda virtual C20 diikuti dari Jakarta, dikutip dari Kantor Berita Antara, Selasa (8/3).
Anwar menyoroti dampak pandemi dirasakan lebih besar terhadap pekerja yang beralih dari usaha industri ke sektor pertanian, dari sektor formal ke informal, pekerja sektor akomodasi dan makanan minuman serta pekerja migran. Hal itu dapat dilihat dari turunnya tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) bagi mereka yang berusia muda dan memiliki tingkat pendidikan SMA saat pandemi.
Dia menyebut lapangan usaha pertanian dan sektor informal menjadi kantong penyelamat bagi pekerja industri dan formal selama masa pandemi.
Anwar menyoroti sektor pertanian dan informal, khususnya yang berada di pedesaan memiliki upah yang relatif rendah dan tidak meliputi skema perlindungan sosial.
Selain itu, juga terjadi tekanan terhadap tingkat upah buruh, khususnya di sektor akomodasi dan makanan minuman yang berasosiasi dengan kegiatan pariwisata.
Hal itu dikuatkan dengan terjadinya penurunan tingkat rata-rata upah buruh paling tinggi terjadi di Bali dan Kepulauan Bangka Belitung, yakni masing-masing sekitar 17,91 persen dan 16,98 persen.
Dampak pandemi terhadap ketenagakerjaan juga dapat dilihat dari penurunan remitensi dari pekerja migran Indonesia (PMI). Jumlah remitensi tenaga kerja Indonesia mencapai 9,43 miliar dolar AS pada 2020 atau turun 17,56 persen secara year on year atau dibanding periode yang sama tahun sebelumnya, berdasarkan data Bank Indonesia. “Hal ini sedikit banyak mencerminkan betapa sulitnya kondisi ekonomi yang dihadapi oleh PMI selama masa pandemi ini,” tuturnya. (kmb/balipost)