AMLAPURA, BALIPOST.com – Turunnya intensitas gempa sejak tiga hari belakangan ini tidak membuat Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) menurunkan status Gunung Agung dari level awas ke siaga. Justru, dengan turunya intensitas gempa ini membuat PVMBG was-was karena letusan bisa terjadi sewaktu-waktu.
Kepala Bidang Mitigasi Gunung Api PVMBG/BG ESDM I Gede Suantika, Minggu (22/10) menyatakan, sejak tiga hari belakangan ini intensitas kegempaan yang terjadi memang mengalami penurunan drastis mencapai 50 persen. Akan tetapi, meski jumlah kegempaan menurun signifikan, belum bisa dijadikan sebagai acuan atau tolak ukur untuk menurunkan status dari level awas ke siaga. Mengingat, penurunan status harus berdasarkan data yang sinkron dari satu alat dengan alat yang lainnya.
“Jika dibandingkan gunung api yang ada di Indonesia kalau diguncang gempa sampai 25 ribu gempa pasti sudah meletus. Bahkan belum sampai segitu sudah erupsi. Tapi Gunung Agung istimewa. Meski diguncang puluhan ribu gempa, Gunung Agung masih tetap kuat,” ucapnya.
Dikatakan Suantika, menurunnya intensitas kegempaan, diduga karena pipa magma atau jalur magma menuju ke permukaan kawah sudah mulai terbuka. Sehingga gesekan antara magma dan lempengan penahan di dalam tubuh Gunung Agung mulai berkurang. “Itulah yang membuat gempa-gempa vulkanik semakin menurun,” jelasnya.
Justru dengan turunnya jumlah gempa secara drastis ini, ia mengaku khawatir. “Karena kita khawatir jika Gunung Agung bisa erupsi sewaktu-waktu. Semoga saja hal itu tidak sampai terjadi,” harap Suantika.
Sementara itu Kepala Pos Pemantau Gunung Api Agung, Rendang, Dewa Gede Mertayasa mengatakan, dengan adanya penurunan intensitas gempa sejak tiga hari belakangan ini, petugas PVMBG di Pos Pemantauan lebih mengintensifkan pemantauan. “Kita memang mengintensifkan pemantauan sejak jumlah kegempaan menurun. Sehingga pemantauan yang kita dilakukan disini (Pos Pemantauan red) benar-benar maksimal,” kata Mertayasa. (Eka Parananda/balipost)