DENPASAR, BALIPOST.com – Pelatih tim tinju PON Bali, Yulianus Leo Bunga menyatakan mundur dari segala kegiatan dunia adu jotos. Padahal, dirinya menorehkan prestasi spektakuler, saat membawa 6 petinju Bali ke PON XX Papua 2021. Keenamnya pulang membawa medali 1 emas, 2 perak, dan 3 perunggu.
Yulianus di Denpasar, Rabu (6/4), mengemukakan, pihaknya bangga sebab petinju Bali di arena PON paceklik emas dan lama sekali penantiannya. “Emas terakhir yang dipersembahkan petinju Bali Pino Bahari sekitar 25 tahun silam,” ujar pelatih berusia 69 tahun ini.
Ia memutuskan menjaga kondisi kesehatannya. “Saya hampir tiap hari berjalan kaki dari Jalan Subur dan Imam Bonjol. Tujuannya, untuk menjaga kebugaran tubuh,” kata pria yang tinggal di Perumnas Monang Maning ini.
Dia mengisahkan, menekuni tinju karena mengikuti jejak kakaknya Yance Leo Bunga. “Saya mulai berlatih tinju di Sasana Candradimuka sejak 1972, dilatih Daniel Bahari (alm),” kenang lelaki kelahiran Denpasar, 28 Juli 1953 ini.
Yulianus menekuni tinju selama 10 tahun. Tercatat dua kali berlaga di PON dan meraih medali perunggu serta perak.
Hanya, dirnya pernah kecewa di final PON kelas terbang (51 kg), sebab kalah dari petinju Jatim, padahal skor awal Yulianus unggul 8-2. “Semestinya, saya yang berhak mendapat emas,” ungkapnya.
Yulianus juga pernah di akhir kariernya menyabet emas, pada kejuaraan Sarung Tinju Emas (STE), di GOR Ngurah Rai pada 1982. “Kala itu, bangunan GOR Ngurah Rai masih gres,” ujarnya.
Ia juga pernah mendulang emas, ada Kejuaraan ASEAN di Kuala Lumipur, dan kembali merebut emas, pada event serupa di Surabaya. Yulianus berpesan kepada atlet Bali, supaya lebih sering naik ring pada berbagai kejuaraan, guna menambah jam terbang dan pengalaman bertanding. (Daniel Fajry/balipost)