SEMARAPURA, BALIPOST.com – Status Gunung Agung, Karangasem yang berada pada level awas, secara resmi diturunkan menjadi siaga, Minggu (29/10). Sejalan dengan itu, sejumlah warga berasal dari Kawasan Rawan Bencana (KRB) I dan II yang mengungsi di Kabupaten Klungkung langsung memilih kembali ke kampung halaman.
Sesaat setelah beredar informasi penurunan status gunung terbesar di Bali itu, Pemkab Klungkung langsung menginformasikan kepada pengungsi, salah satunya yang tertampung di GOR Swecapura, Desa Gelgel. Dinyatakan, pengungsi dari KRB I dan II diperkenankan untuk pulang. Namun, jika ada yang masih memilih tinggal di pengungsian, tidak menjadi masalah. “Kami tidak memaksa untuk pulang. Kalau untuk yang dari KRB III, baru kami tidak berikan. Harus tetap disini,” tegas Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Klungkung, I Putu Widiada.
Jumlah pengungsi yang pulang belum bisa dipastikan. Namun diakui, itu sudah ada yang melakukan. Ini pun kembali dilakukan pendataan. “Data akan di validasi lagi. Yang sekarang hanya ada mana warga KRB dan non KRB. Data terbaru akan ditampilkan sesuai KRB I sampai III,” jelasnya.
Kepulangan itu tetap difasilitasi. Lima unit truk yang berasal Polri, TNI, Dinas Perhubungan, Satpol PP dikerahkan.
Pengungsi asal Desa Muncan, Kecamatan Selat yang masuk KRB I, I Wayan Sikadana menuturkan selain adanya penurunan status Gunung Agung, keputusannya untuk pulang juga karena adanya Hari Raya Galungan. Sebagian besar barang-barangnya yang sebelumnya tertampung di tenda langsung diangkut ke mobilnya. “Tidak semua keluarga pulang. Masih ada yang disini,” ucapnya.
Sebelumnya, pria berperawakan gemuk ini sudah beberapa kali pulang. Dinyatakan situasi di desanya sudah kondusif. Gempa yang sebelumnya sering menggoyang tak lagi dirasakan. Ini pun mengurangi rasa waswasnya. “Saya beberapa kali sudah pulang, sudah terasa aman,” katanya.
Berbeda dengan yang dilakukan pengungsi Ni Nyoman Murniasih. Keputusannya untuk pulang masih menunggu kabar SDN 2 Muncan tempat anaknya mengenyam pendidikan apakah dibuka atau masih tutup. “Kalau masih tutup, kemungkinan tetap tinggal di pengungsian. Biar bisa bersekolah. Ini akan dipastikan dulu. Tidak berani langsung pulang,” tuturnya.
Pengungsi lain, Gusti Ngurah Murjaya menyatakan belum mengambil tindakan untuk kembali ke tanah kelahiran. Itu masih menunggu perkembangan situasi sampai setelah Galungan. “Belum berani pulang. Masih waswas. Mau menunggu beberapa hari dulu. Kalau sudah benar-benar aman, baru pulang. Nanti pun saat Galungan hanya pulang sebentar. Balik lagi (ke posko-red),” sebutnya.
Kepulangannya direncanakan bersamaan dengan keluarga lainnya. “Keluarga sepakat untuk pulang sama-sama. Kalau warga lain sudah ada pulang duluan,” tandasnya. (sosiawan/balipost)