BNPB melakukan simulasi gempa dan tsunami di SMPN 3 Kuta Selatan. (BP/edi)

MANGUPURA, BALIPOST.com – Kegiatan simulasi gempa dan tsunami digelar di SMPN 3 Kuta Selatan, Tanjung Benoa, Badung, Jumat (22/4). Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Letjen TNI Suharyanto, yang hadir langsung menyaksikan simulasi ini bersama perwakilan khusus Dirjen PBB, mengatakan simulasi ini merupakan rangkaian kegiatan Global Platform for Disaster Risk Reduction (GPDRR).

SMPN 3 Kuta Selatan ini, kata dia, merupakan salah satu yang telah mempraktekkan kegiatan-kegiatan terkait pengurangan risiko bencana. Nanti saat kegiatan GPDRR pada 23-28 Mei, akan dibahas pengurangan risiko bencana. Pertemuan akan dihadiri 193 negara.

Baca juga:  Soal Penyitaan Ratusan Juta di Koperasi, Ini Penjelasan Jaksa

Ia menjelaskan dalam GPDRR, Indonesia akan menunjukan kearifan lokal, dalam pengurangan risiko bencana. Kearifan lokal yang dimaksud adalah, upaya pengurangan risiko bencana dilakukan tanpa pelajaran terpusat dari pemerintah, mereka sudah tahu cara menyelamatkan diri. “Bahwa kita sudah punya tempat-tempat daerah rawan yang sudah paham, meningkat kemampuannya terhadap pengurangan risiko bencana. Salah satunya adalah di tempat ini,” ucapnya.

Saat terjadi tsunami, mereka akan menuju kawasan lebih tinggi yakni hotel-hotel terdekat. Ada sebanyak 7 hotel di wilayah Tanjung Benoa yang akan digunakan.

Baca juga:  Karena Ini, 6 Truk Militer Dikerahkan ke Lombok

Sementara itu, Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati, yang turut hadir pada kegiatan itu menyampaikan, pihaknya dari BMKG sangat mendukung BNPB dalam menyiapkan masyarakat menghadapi atau mencegah bencana. Terutama dalam menyiapkan sistem peringatan dini, yang disiapkan melalui teknologi. “Jadi kalau dengan teknologi saja, kita akan gagal. Untuk itu kearifan lokal sangat penting. Karena kearifan lokal itu, tidak menunggu sirine, tidak menunggu teknologi untuk memberikan peringatan dini. Tapi menjadikan goyangan gempa sebagai peringatan dini,” katanya.

Baca juga:  Pasca-erupsi Gunung Ruang, 1.585 Orang Warga Harus Dievakuasi

Di indonesia ada 7 desa disiapkan jadi tsunami ready village. Di sana sudah disiapkan desa tangguh bencana. “Di Indonesia sebenarnya ada banyak yang ready. Namun saat ini baru 7 desa saat GPDRR sebagai tsunami ready. Salah satunya ada di desa Tanjung Benoa, kedua ada di Mandalika, dan yang lima ada di Jawa, Pangandaran, Yogyakarta dan desa lain,” terangnya. (Yudi Karnaedi/balipost)

BAGIKAN