Ilustrasi Stunting. (BP/Istimewa)

TABANAN, BALIPOST.com – Masih ada ribuan anak di Tabanan yang mengalami stunting. Namun dilihat secara persentase, prevalensi kasus stunting balita di kabupaten ini masih cukup rendah, lebih rendah dari target nasional sebesar 14 persen di 2024.

Terkait masih ada ribuan anak mengalami stunting, Kepala Dinas Kesehatan Tabanan, dr. I Nyoman Susila mengakuinya. Ia mengungkapkan ada 2.500 anak di Tabanan yang mengalami stunting. “Angkanya memang kecil di 9,2 persen, tetapi jumlahnya sangat banyak. Jika dibiarkan tentu akan mengganggu kehidupan generasi penerus. Kini tujuan kita bagaimana menurunkan angka itu,” terangnya dikonfirmasi, Jumat (22/4).

Baca juga:  Karantina Naker Migran Asal Bangli Dipindahkan ke Hotel di Badung

Lanjut kata dr. Susila, untuk stunting, saat ini tujuannya bukan lagi menemukan dan mengatasi stunting, melainkan menemukan dan mengatasi calon stunting. Ia juga menyampaikan, ke depannya tidak akan mengacu pada angka nasional 14 persen, tetapi diharapkan berada di angka 6 persen. “Dengan meredanya COVID-19, kita sudah harus lebih fokus bergerak dan bekerja untuk mencapai angka 6 persen itu,” tambahnya.

Sementara itu Bupati Tabanan, Dr. I Komang Gede Sanjaya mengatakan, pelaksanaan intervensi penurunan stunting harus terintegrasi. Itu, menjadi tanggung jawab bersama, artinya bersifat lintas sektor dan bukan terpisah di salah satu institusi.

Baca juga:  Pakis Badung dan Gianyar Siap Dukung Penanggulangan “Stunting”

Termasuk, dibutuhkan komitmen kuat antar instansi, Lembaga dan masyarakat dalam pelaksanaan aksi penurunan stunting terintegrasi di Kabupaten Tabanan. “Dilihat dari topografi Kabupaten Tabanan, mestinya sedikit sekali ada stunting, karena tidak sulit mencari makanan bergizi di Tabanan, dan bisa kita tekan sampai ke angka 5 persen, edukasi bagi pemegang regulasi ini juga penting untuk dimiliki,” kata Sanjaya. (Puspawati/balipost)

BAGIKAN