Gunung Agung masih mengeluarkan asap putih. (BP/dok)
AMLAPURA, BALIPOST.com – Setelah penurunan status Gunung Agung dari awas menjadi siaga, Pemkab Karangasem mengumpulkan seluruh perbekel se-Karangasem, Senin (30/10) sore. Mereka dikumpulkan untuk merencanakan langkah selanjutnya.

Dalam zona siaga ini rupanya di dalamnya ada 15 desa terdampak, bukan 6 desa radius 6 km saja. Tetapi, dari 15 desa ini, tidak semua wilayah desanya masuk zona siaga ini.

Deputi Pencegahan dan Kesiapsiagaan BNPB, Wisnu Widjaja, mengatakan ke 15 desa tersebut, desa di radius 6 km dan sektoral 7,5 km. Desa – desa tersebut, antara lain Desa Sebudi, Dukuh, Besakih, Bhuana Giri, Jungutan, Ban, Baturinggit, Amerta Bhuana, Datah, Nawakerti, Kubu, Tulamben, Pempatan, Duda Utara dan Pidpid. Persentase wilayah yang masuk zona siaga ini paling tinggi ada di Desa Sebudi dengan 77,48 persen, Dukuh 76,52 persen, Besakih 66,21 persen, Bhuana Giri 65,14 persen, Jungutan 59,91 persen, Ban 35,97 persen, Baturinggit 32,44 persen, Amerta Bhuana 23,57 persen, Datah 23,40 persen, Nawakerti 19,32 persen, Kubu 15,90 persen, Tulamben 13,40 persen, Pempatan 7,09 persen, Duda Utara 1,79 persen dan Pidpid 1,02 persen. “Dari 15 desa di zona siaga, ada empat desa yang wilayahnya di zona siaga ada pemukiman, atara lain desa Sebudi, Besakih, Jungutan dan Ban,” kata Wisnu Widjaja.

Baca juga:  Warga Terjangkit COVID-19 Kembali Naik 3 Digit, Korban Jiwa Tambah Belasan

Wisnu Widjaja menambahkan, meski Gunung Agung sudah turun level situasi ini masih dinamis. BNPB sudah punya pengalaman, ketika sudah turun level, nanti bisa tiba-tiba naik lagi. Ini yang harus diwaspadai.

Sekarang banyak warga sudah pulang. Tetapi, dia mengingatkan radius siaga 6 km dan perluasan 7,5 km, sesuai presentase wilayah itu tidak boleh ada aktivitas apapun.

Tindakan yang akan dilakukan selanjutnya, BNPB akan meningkatkan sistem Early Warning System, kemudian meningkatkan kapasitas masyarakat seperti sosialisasi dan evakuasi mandiri. BNPB juga akan menyempurnakan rencana operasi dari tingkat kabupaten maupun provinsi.

Wisnu Widjaja, menegaskan BNPB akan membuat strategi mengungsi ke titik pengungsian yang terdekat. Sehingga, tidak semua tergesa-gesa menuju Kecamatan Manggis yang membuat jalur evakuasi justru macet total. “Gunung Agung akan meletus, tapi pada prinsipnya kapan, tidak ada yang tahu. Menghadapi ini kita harus siap, sehingga saat terjadi erupsi, bisa mengevakuasi diri dengan tenang,” kata Wisnu Widjaja.

Baca juga:  Sebanyak 90 Persen Tambahan Harian Kasus COVID-19 Disumbangkan 4 Daerah Ini

Kepala Tim Penanggulangan Bencana dari PVMBG, Agus Budianto, menegaskan aktivitas turun bukan berarti warga tidak waspada lagi. Potensi letusan masih ada. Pola-pola Gunung Api di Indonesia, setelah memasuki masa tenang, nanti bisa tiba-tiba bangkit lagi dan terjadi erupsi.

Ini yang masih dikhawatirkan, sehingga pengamatan secara detail terus dilakukan. “Biarkan Gunung Agung beraktivitas menjelaskan kepada kami potensi ancamannya. Nanti kita sampaikan dalam bentuk peta dan langkah-langkah mitigasi yang harus dilakukan. Dua hal mitigasi yang kami lakukan, mengidentifikasi karakter gunung agung dan potensi daerah yang terdampak. Kedua, monitoring, apakah dampaknya akan lebih besar atau lebih kecil,” jelas Agus Budianto.

Wakil Bupati Karangasem Wayan Artha Dipa, meminta 15 desa yang di zona siaga, perlu diperjelas lagi banjar dinas mana yang termasuk di zona siaga. Sebab, angka persentase tak bisa menjelaskan wilayah banjar dinas mana yang terdampak.

Dia meminta setiap perbekel menindaklanjuti itu, agar tak lagi membuat kebingungan di lapangan.

Para perbekel di zona siaga justru meminta balik kepada pemerintah daerah maupun Satgas untuk menjelaskan banjar dinas mana saja yang terdampak. Seperti yang disampaikan Nyoman Artana dari Sekretaris Desa Besakih. Dia meminta pemerintah daerah bersurat ke desa-desa, lengkap dengan nama banjar dinas mana yang masuk zona siaga. Sehingga lebih mudah menjelaskan kepada warga.

Baca juga:  Bukit JR Pancaseming, Nikmati Pemandangan Negara dari Ketinggian

Perbekel lainnya di zona siaga juga meminta hal serupa, seperti Perbekel Sebudi Nyoman Tinggal. Bahkan, dia masih meragukan data BNPB. Menurutnya, Desa Sebudi semestinya seluruh wilayah banjar dinasnya masuk zona siaga, bukan 77,48 persen. “Data 15 desa di zona siaga ini perlu ditinjau lagi,” katanya.

Dansatgas Darurat Bencana Erupsi Gunung Agung Letkol Inf. Fierman Sjafirial Agustus, mengatakan petugasnya sudah siap turun ke desa-desa untuk menentukan batas zona siaga dengan sistem ordinat. Sehingga, batas-batas zona siaga di setiap desa bisa terlihat lebih detail.

Dia meminta setiap perbekel di zona siaga bisa mendampingi satuannya saat turun ke bawah dalam menentuan zona siaga dengan sistem ordinat ini. “Apakah para perbekel siap mendampingi? jawaban tidak, karena ada hari raya. Jadi, sekarang kalau mau tau batasnya dimana, berarti harus sabar dulu. Baru akan diketahui setelah hari raya (Galungan),” katanya. (Bagiarta/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *