PDAM
Ilustrasi. (BP/dok)
DENPASAR, BALIPOST.com – Cakupan layanan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Denpasar masih kecil. Karena itu, perusahaan daerah milik Pemkot Denpasar ini melakukan berbagai terobosan untuk peningkatan cakupan  pelayanan kepada masyarakat. Salah satunya program sambungan hibah untuk masyarakat berpenghasilan rendah (MBR).

Direktur Utama (Dirut) PDAM Denpasar I.B. Gede Arsana, Senin (30/10) mengatakan di 2018 mendatang ada beberapa program yang akan dilaksanakan. Salah satunya yakni percepatan program sambungan rumah dan penambahan sumber-sumber air baku. “Tahun 2018 kami sudah programkan hibah sambungan air minum untuk masyarakat berpenghasilan rendah. Untuk program ini, kita programkan sebanyak 1.000 sambungan baru,” ujar Arsana didampingi Direktur  Teknik Putu Yasa dan Direktur Administrasi dan Keuangan Ni Putu Sri Utami.

Terkait program ini, kata Arsana, pihaknya saat ini telah mulai melakukan persiapan. Rencananya, pada 6 November, kepala desa dan lurah di Denpasar akan diundang untuk mengetahui jumlah warga yang berminat mendapatkan program ini. “Program hibah sambungan air minum ini akan kami tata mulai bulan ini. Untuk program ini biaya sambungan baru akan lebih murah, kalau reguler harganya bisa mencapai  Rp 1.400.000 tetapi program ini biayanya berkisaran Rp 400.000 per sambungan,” ujarnya.

Baca juga:  Atasi Air Conectivity, AirNav Kembangkan RET di Bandara Ngurah Rai

Sementara Direktur Teknis (Dirtek) PDAM Denpasar, I Putu Yasa, menambahkan saat ini cakupan pelayanan PDAM baru mencapai 46,62 persen. Padahal untuk tahun 2019 pihaknya ditarget cakupan pelayanan mencapai 59 persen.

Untuk mencapai target tersebut, PDAM memprogramkan Hibah Air Minum yang diperuntukkan untuk Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) dengan pemasangan 1.000 sambungan. Namun demikian, pihaknya memastikan tidak semua warga Denpasar bisa menikmati program ini.

Adapun masyarakat yang bisa mendapatkan program ini adalah Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) yang memiliki daya listrik terpasang pada rumah tangga tersebut kurang dari sama dengan 1.300 VA dan minimal 50 persen di antara target sasaran tersebut memiliki daya listrik kurangdari sama dengan 900 VA dan atau tidak memiliki sambungan listrik.

Baca juga:  Sidang Dugaan Korupsi PDAM, Saksi Sebut Ada Membayar Meteran Tanpa Air Mengalir

Selain itu, syarat lainnya, kata Putu Yasa, masyarakat penerima hibah juga harus bersedia dan memenuhi persyaratan sebagai pelanggan PDAM. Salah satunya dengan kesanggupan membayar rekening pemakaian dua bulan pada saat diverifikasi air sambungan mengalir.

Lebih lanjut, Putu Yasa menjelaskan, selain meningkatkan cakupan pelayanan, pihaknya juga memiliki target dalam penyediaan sumber-sumber air baku untuk pelayanan kepada pelanggan PDAM Denpasar. Terkait program tersebut, pihaknya akan membangun bendungan di Sungai Ayung yang akan mampu menyediakan sumber air baku sekitar 600 liter per detik.

“Untuk program bendungan sudah dikoordinasikan dengan Balai Besar Wilayah Sungai Bali-Penida dimana kajiannya dimulai 2017 ini sampai dengan Februari 2018. Rencananya pelaksanaan bendungan akan dimulai pada 2018 dengan menghasilkan sumber air baku sebesar 600 liter per detik,” ujarnya.

Selain pembangunan bendungan, pihaknya juga berupaya melakukan revitalisasi terhadap pipa-pipa lapuk yang kini masih terpasang di sepanjang jalan Antasura hinga Jalan Nangka. “Sepanjang jalan Antasura dan Jalan Nangka banyak terjadi kebocoran pipa yang mengakibatkan kehilangan air. Ini rencananya akan direvitalisasi di tahun 2018. Dana yang dibutuhkan dari IPA Belusung, Jalan Antasura sampai Jalan Veteran mencapapai Rp 60 miliar. Karena dananya besar, kalau dananya hanya menggunakan PDAM dan APBD tidak cukup maka kita berusaha untuk mendapatkan dana APBN. Kita sudah ajukan tahun 2015 dan sudah ada sinyal positif untuk proyek ini berjalan di tahun 2018,” ujarnya.

Baca juga:  Percepat Perputaran Uang di Masyarakat, Dana Hibah Diminta Segera Dicairkan

Sementara, jangka panjangnya pihaknya mengaku telah melirik program pemanfaatan air yang mengalir di Tukad Mati dan Mertagangga. Dari pemanfaatan ini akan menghasilkan sumber air baku sebesar 100 liter per detik.

Namun, program ini belum bisa dipastikan mengingat saat ini masih dilakukan kajian-kajian. “Pemanfaatan Tukad Mati dan Mertagangga masih dilakukan kajian, jadi belum bisa dipastikan,” tandasnya.(Asmara Putera/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *