JAKARTA, BALIPOST.com – Presiden Joko Widodo meminta pemerintah Jepang untuk membuka akses pasarnya secara luas bagi produk-produk pertanian dan perikanan Indonesia. Ini diungkapkan Jokowi dalam pertemuan bilateral kedua negara, saat menerima Perdana Menteri Fumio Kishida beserta delegasinya di Istana Kepresidenan Jakarta, Jumat (29/4).
Dikutip dari Kantor Berita Antara, ia mengatakan secara khusus menyampaikan permintaan pembukaan akses yang luas bagi produk pertanian dan perikanan Indonesia ke pasar Jepang. Menurut Presiden, dalam pertemuan tersebut RI-Jepang sepakat untuk mengintensifkan proses negosiasi Kesepakatan Kemitraan Ekonomi Indonesia-Jepang (IJEPA) serta mengurangi hambatan perdagangan agar lebih menguntungkan kedua negara.
Sebagai informasi, Presiden Jokowi dan PM Abe Shinzo pada 28 Juni 2019 di sela-sela KTT G20 di Osaka, Jepang, sempat mengonfirmasi selesainya General Review IJEPA. Keduanya sepakat menjadikan hasil rekomendasinya sebagai pijakan perundingan untuk mengamandemen perjanjian IJEPA, yang berlaku sejak 1 Juli 2008.
Selain membahas kerja sama bidang perdagangan, pertemuan RI-Jepang yang dipimpin Presiden Jokowi dan PM Kishida tersebut turut membicarakan mengenai kerja sama bidang investasi. Presiden Jokowi menyatakan bahwa ia menyambut baik ekspansi perusahaan otomotif Jepang seperti Toyota dan Mitsubishi yang berkomitmen untuk menjadikan Indonesia sebagai hub otomotif di kawasan Asia Tenggara.
“Tapi saya juga berharap ada tambahan investasi baru Jepang di bidang lain terutama energi, industri semen, teknologi pertandingan dan kesehatan, serta menjadikan Indonesia sebagai bagian penting dalam global supply chain industry asal jepang,” ujar Presiden menambahkan.
Jepang adalah negara tujuan ekspor terbesar ketiga Indonesia dan menjadi investor terbesar kelima di tanah air, selain juga aktif dalam kerja sama pembangunan infrastruktur proyek-proyek utama seperti Moda Raya Terpadu (MRT) Jakarta dan Pelabuhan Patimban di Subang, Jawa Barat.
Seturut data Kementerian Perdagangan, nilai ekspor nonmigas Indonesia-Jepang sebesar 5,07 miliar dolar AS (sekira Rp73,48 triliun) pada kuartal I 2022, meningkat dari 3,82 miliar dolar AS untuk periode yang sama tahun lalu.
Sedangkan impor Indonesia dari Jepang di pada kuartal I 2022 berada di angka 4,24 miliar dolar AS (sekira Rp61,45 triliun), naik dari 3,12 miliar dolar AS di periode yang sama tahun lalu.
Sementara itu, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat realisasi penanaman modal dari Jepang di Indonesia pada 2021 mencapai 2,26 miliar dolar AS (sekira Rp32,79 triliun).
Turut mendampingi Presiden Jokowi dalam pertemuan bilateral tersebut antara lain Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, Menteri Sekretaris Negara Pratikno, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi, dan Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi.
Perdana Menteri Jepang mengatakan telah menyepakati pinjaman tambahan untuk melanjutkan pembangunan Pelabuhan Internasional Patimban di Jawa Barat. “Kami menyampaikan telah diputuskan secara resmi untuk memberikan pinjaman tambahan untuk memperluas Pelabuhan Patimban yang selama ini kami bantu,” kata PM Kishida.
Selain pengembangan Patimban, Kishida juga berjanji untuk mengembangkan kerja sama untuk proyek MRT Jakarta guna mendukung Jakarta sebagai kota pintar (smart city).
“Kami sampaikan pemikiran kami untuk mengembangkan kerja sama di bidang MRT Jakarta, transportasi di perkotaan Jakarta smart city, pembangunan pulau terpencil dan sebagainya,” katanya.
Sementara, Presiden Jokowi mengapresiasi komitmen PM Kishida untuk memperkokoh hubungan bilateral antara Indonesia dan Jepang. Jokowi juga menyambut baik keberlanjutan proyek Pelabuhan Patimban serta penyelesaian proyek infrastruktur yang sudah berjalan seperti MRT Jakarta.
“Ke depannya Indonesia mengharapkan partisipasi Jepang pada proyek infrastruktur seperti di Ibu Kota Nusantara dan juga untuk Ambon Port,” kata Presiden.
Adapun pembangunan Pelabuhan Patimban dilaksanakan dalam tiga tahap yang secara keseluruhan ditargetkan rampung pada 2027.
Pada tahap pertama yang telah rampung di akhir 2020 dan diresmikan Presiden Jokowi, Pelabuhan Patimban dapat melayani 3,75 juta peti kemas (TEUS). Tahap kedua atau pada 2024-2025, kapasitas pelayanan akan meningkat menjadi 5,5 Juta TEUS dan pada tahap ketiga (2025-2027), kapasitas akan meningkat kembali hingga 7 juta TEUS (ultimate).
Patimban diproyeksikan untuk menjadi pusat kegiatan ekspor dan impor, khususnya untuk industri yang berkembang di Jawa Barat dan Jawa Tengah. Keberadaan Patimban juga ditujukan untuk mengurangi beban Pelabuhan Tanjung Priok.
Pelabuhan Patimban diproyeksikan dapat menghasilkan 4,3 juta pekerjaan dan mendorong pertumbuhan ekonomi hingga 14 persen untuk Jawa Barat. (kmb/balipost)