Tradisi Ter-teran di Desa Adat Saren. (BP/Istimewa)

AMLAPURA, BALIPOST.com – Desa Adat di Karangasem memiliki berbagai tradisi yang hingga saat ini masih tetap dilestarikan oleh warganya. Seperti di Desa Adat Saren Desa Budakeling, Kecamatan Bebandem, Kabupaten Karangasem masih tetap melestarikan tradisi Ter-teran yang merupakan warisan budaya dari leluhurnya terdahulu.

Bendesa Adat Saren, I Wayan Sukiana menjelaskan tradisi ter-teran adalah tradisi saling lempar sabut kelapa yang sudah berisi api kepada lawan main. Sebelum dilakukan tradisi itu, sabut kelapa lebih dulu diupacarai pada Tilem Kadasa. Nantinya, sebelum dimulai, anak-anak atau pemuda yang ngayah pada tradisi tersebut dibagi menjadi dua kelompok untuk saling lempar.

Baca juga:  Gunung Agung Level III, Intensitas Gempa Terus Meningkat

“Tradisi tersebut dilaksanakan saat Tilem Kadasa. Biasanya itu dilakukan pada sore menjelang malam hari. Ter-teran ini dilakukan sebelum dimulainya usaba dalem di desa setempat. Yang bertujuan untuk membakar segala mala atau ketidak baikan yang ada di Desa Saren,” katanya.

Sukiana menambahkan Usaba Dalem ini dilakukan setiap dua tahun sekali. Setelah tradisi ter-teran dilaksanakan selama tiga hari, keesokan harinya usaba akan dilaksanakan. “Dengan adanya perang api, atau ter-teran ini, diharapkan Desa Adat Saren ini bisa bersih, sehingga dalam pelaksanaan piodalan sudah suci,” ucapnya.

Baca juga:  Mural Edukasi Kelola Sampah Hiasi Dinding TOSS Center

Dia menjelaskan tradisi ini sudah diwariskan oleh leluhur di desa tersebut dari zaman dahulu. Dan itu selalu dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang telah diberikan. “Kebetulan ini tradisi lama yang kami terima secara turun-temurun,” lanjutnya.

Lebih lanjut dikatakannya, ketika teriakan ‘Lis’ sudah terdengar, maka para pangayah akan memulai peperangan api atau ter-teran tersebut. Dan jika suara ‘batur’ diteriakkan, maka peperangan akan berhenti sementara untuk mengambil kembali amunisi berupa sabut kelapa.

Baca juga:  Desa Adat Manikliyu Rayakan Galungan “Mabunga”

“Untuk tradisi ter-teran, memiliki beberapa ketentuan yang tidak diperbolehkan. Mulai dari menghidupkan lampu, menggunakan sabut kelapa yang muda, dan memukul dari dalam. Kalau lampu hidup, takutnya ada dendam, karena terlihat siapa yang dilawan. Kalau sudah gelap, otomatis tidak bisa terlihat, kadang saudara sendiri tidak diketahui kalau dilawan,” tutup Sukiana. (Eka Parananda/balipost)

BAGIKAN